Senin, 17 Oktober 2011

WANITA-WANITA SELINGKUH


PERILAKU SEKSUAL PRIA DAN WANITA


 Persamaan hak antara pria dan wanita di era emansipasi dewasa ini, mencapai puncaknya. Namun demikian, bukan berarti perbedaan di antara kedua mahluk Tuhan tersebut, menjadi hilang sama sekali. Kenyataan sulit dibantah, bahwa perbedaan di antara kedua mahluk itu dalam  banyak hal, masih tetap ada.
Bila dilihat ke belakang, kisah penciptaan Adam dan Hawa,   memberi tanda bahwa antara pria dan wanita memang ada perbedaan.  Tuhan mengabarkan sejelas-jelasnya tentang unsur utama penciptaan manusia dan pria pertama yakni Adam, sehingga tidak ada perdebatan. Adam diciptakan Tuhan yakni dari tanah liat kering,  berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Sedangkan penciptaan wanita pertama, yakni Hawa, begitu berbeda. Hawa berasal “dari jiwa yang satu,” yaitu diciptakan dari tulang rusuk  Adam.
Tuhan mengabarkan pula, bahwa maksud dari penciptaan kedua manusia itu yakni untuk mengembangbiakan laki-laki dan perempuan  sebanyak mungkin agar bertakwa kepadaNya, saling meminta satu sama lain, dan memelihara hubungan silaturahmi.
Perbedaan  di antara pria dan wanita, dimulai dari fisik sampai bersifat psikis. Dari bentuk maupun fungsinya, dalam menghadapi masalah, maupun cara menyelesaikannya. Termasuk juga dari berbagai kebiasaan sehari-hari, baik aktivitas mereka di dalam rumah tangga, maupun di luar rumah.
Sudah 40 tahun lalu dilakukan upaya memberi batasan yang jelas dan tegas mengenai perbedaan antara pria dan wanita. Kita boleh mengira bahwa perbedaan antara kedua mahluk itu, hanya pantas dibicarakan pada masa lampau atau setidaknya orang enggan membicarakan soal itu. Tetapi, penelitian pada awal 1970-an, ketika pengaruh gerakan emansipasi wanita sampai puncaknya, ternyata tidak semua pola pikir ini berubah.
Hasil penelitian di Amerika yang melibatkan sejumlah besar pria-wanita dari berbagai jenjang usia dan latar belakang pendidikan, menunjukkan bahwa dalam banyak hal diketemukan adanya perbedaan menyolok antara pria dan wanita.  
Para peneliti meminta kepada sekelompok orang yang menjadi contoh penelitian itu untuk menuliskan karakter dan tipe perilaku pria-wanita sesuai pandangan masing-masing. Jawabannya, ternyata sungguh  mengejutkan. Hasil penelitian itu membuktikan bahwa perbedaan jenis pria-wanita itu ternyata masih melekat. Sebagian besar orang yang diteliti, sependapat bahwa perbedaan antara pria dan wanita lebih dari 40 aspek. Pria maupun wanita memperlihatkan suatu kecenderungan yang begitu jelas, dan pada atribut itu dominasi perilaku pria sangat menonjol.
Para peneliti juga terkejut ketika mereka meneliti sejumlah anak sekolah. Hasil penelitian itu membuktikan, masih ada kecenderungan jenis kelamin mempengaruhi berbagai kegiatan. Gambaran seperti itu, tampaknya bukan saja di Amerika, juga Eropa mempunyai pandangan demikian.
Sampai sekarang, tidak begitu mudah menemukan orang-orang yang dapat mengubah pandangan seperti itu. Para peneliti di Eropa dan Amerika, sudah mencoba menjelaskan pandangan terbaru tentang adanya perubahan pandangan perbedaan pria-wanita bergerak ke arah yang sempit. Tetapi, seminar dan berbagai bentuk pengkajian itu tidaklah seluruhnya mengubah pandangan seseorang terhadap adanya perbedaaan antara pria dan wanita.
Sebagian besar masyarakat tampaknya masih berpikir bahwa kaum Adam dan Hawa itu mempunyai sikap yang sangat berbeda. Mereka tetap bertahan pada pandangan bahwa jenis pria dominan atas wanita. Artinya, keunggulan lebih ada pada pria daripada wanita.
***
Penelitian tersebut, disusul dengan penelitian-penelitian lainnya di Amerika dan Eropa. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh para ahli di bidangnya. Misalnya, hasil penelitian menyebutkan bahwa otak perempuan dan otak lelaki memiliki perbedaan struktur dan fungsi. Struktur otak mereka terbentuk sejak berada di dalam kandungan. Di antaranya, otak lelaki memiliki bagian otak reptil yang lebih besar dibandingkan wanita. Padahal, ini adalah bagian yang bertanggungjawab terhadap perilaku kasar seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka menjadi tidak heran bila pria berperilaku lebih kasar dibandingkan dengan wanita. Seperti seekor reptil, kalau sedang emosi, cenderung untuk mengandalkan fisik. Misalnya, seperti memukul, membanting, berkata kasar dan sebagainya. Sedangkan pada wanita, menyikapinya dengan lebih hati-hati dan terkontrol.
Menurut hasil penelitian itu, fungsi otak perempuan ternyata lebih tajam dalam menangkap situasi yang terjadi di sekitarnya. Terutama terkait dengan perasaan, emosional, seperti sedih dan gembira. Termasuk perubahan ekspresi lawan bicaranya, atau bahasa tubuh yang mereka tampakan, dibandingkan pria.
Dari semua itu, ternyata juga berpangkal pada struktur dan fungsi otak yang berbeda di antara keduanya. Pada wanita, sistem limbiknya bekerja delapan kali lebih kuat dibandingkan dengan pria. Inilah yang memungkinkan wanita menjadi lebih perasa. Sayangnya, kepekaan ini juga membuat wanita lebih emosional dalam bersikap seperti, gampang merasa sedih, mudah tersinggung dan gembira.
Wanita umumnya, juga memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik dan dapat mendeskripsikan persoalan secara lebih mendetil. Hal ini disebabkan oleh sel-sel otak yang bertanggung jawab terhadap kemampuan bahasa pada wanita, tersebar dalam wilayah yang luas di otak kanan maupun otak kiri. Bagi wanita yang mengalami stroke, kebanyakan mereka tidak kehilangan kemampuan bicaranya. Sel-sel yang berkait dengan fungsi bicara, masih berjalan dengan baik. Suatu hal yang jarang terjadi pada pria. Kebanyakan pria jika kena stroke, kemampuan bicaranya bakal menurun drastis.
Kemampuan berbahasa dan perasaan yang halus itu, memberikan kemampuan pada seorang wanita untuk bisa menjelaskan perasaannya dengan lebih mengesankan, dibandingkan kebanyakan lelaki. Secara struktural, otak wanita memiliki saraf penghubung antara otak kanan dan kirinya lebih tebal dibandingkan pria.
Dalam hal seksualitas,   keduanya juga memiliki kemampuan dan kecenderungan yang berbeda, meski masing-masing memiliki libido atau nafsu yang relatif sama. Perbedaan itu lebih terlihat  pada cara memperoleh dan melakukannya.
Wanita memiliki saraf-saraf seksualitas yang lebih tersebar dibandingkan lelaki. Saraf-saraf itu, tersebar hampir di seluruh tubuhnya. Sedangkan pria, lebih terkonsentrasi pada daerah genitalnya.
Selain itu, wanita cenderung bersikap pasrah dalam beraktivitas seksual. Sedangkan pria, lebih bersifat agresif. Kenikmatan dan kepuasan mereka, juga berbeda. Ini disebabkan oleh bagian otak yang disebut preoptic medial yang terdapat di hypothalamus. Bagian ini, kaya dengan saraf-saraf penerima rangsangan seksual, yang fungsi dan jumlahnya berbeda pada pria dan wanita.
Wanita lebih suka bersikap pasrah dan bergaya lordosis, sedangkan lelaki lebih suka agresif dan bergaya kiposis, meskipun pada prakteknya bisa sangat bervariasi. Itu dikarenakan perbedaan fungsi preoptic medial-nya. Yang satu peka terhadap rangsangan hormon estrogen, sedangkan yang pria peka terhadap hormon androgen.
Otot-otot dan saraf yang bekerja di sekitar daerah vital mereka pun berbeda. Pada pria, ia baru bisa melakukan hubungan seksual, jika otot dan sarafnya menegang aktif. Sedangkan pada wanita, tidak perlu kondisi seperti itu. Meskipun otot dan sarafnya sedang pasif, seorang wanita tetap bisa melakukan hubungan intim.
Saraf-saraf seksual di tulang punggung pria memiliki jumlah dan ketebalan lebih banyak dibandingkan wanita. Yang disebut sebagai Nukleus Onuf’s, berfungsi mengatur aktif tidaknya alat genital.
Perbedaan lainnya adalah pada kemampuan mengelola rasa sakit dan stres. Perempuan ternyata memiliki kemampuan lebih tinggi dibandingkan pria. Ini pun disebabkan oleh perbedaan otak mereka.
Sejak usia balig, perempuan sudah terbiasa didera nyeri dan stres disebabkan oleh perubahan kondisi menjelang haid alias menstruasi. Rasa nyeri karena datang bulan, seringkali datang bersamaan dengan gejolak emosi dan stres.
Begitu pula, ketika mereka melahirkan. Rasa sakit dan stres semakin meningkat. Tapi, mereka bisa mengatasinya dengan baik. Meski berulangkali terjadi, seiring dengan jumlah anak yang mereka lahirkan, tapi wanita bisa mengelola nyeri dan stres itu lebih baik dari pada pria.
Hal yang sama, pada masa menyusui, masa membesarkan dan mendidik anak, serta berbagai masalah rumah tangga yang datang silih berganti. Wanita memiliki daya tahan lebih baik dibandingkan pria, meski kelihatan wanita kalah otot dan lebih lemah.
Pada dasarnya, antara pria dan wanita memang berbeda. Berbagai penelitian bidang kedokteran dan biologi telah membuktikan hal itu. Mereka memang memiliki perbedaan yang sangat mendasar, terutama dalam fisik, tingkah laku, maupun ukuran kebahagiaannya, karena itu harus diperlakukan secara berbeda pula.
Perbedaan antara pria dan wanita itu perlu dipandang dalam arti yang positif. Meski beda, tapi keduanya saling membutuhkan, sehingga antara kelebihan dan kekurangan menjadi seimbang.
Namun demikian, banyak di antara manusia tidak dapat menyeimbangkan dirinya. Mereka lebih cenderung menonjolkan kelebihan, dan menutupi kekurangan. Padahal, kekurangan yang dimiliki dapat disikapi dengan hal yang lebih positif.
***
Walau ada perbedaan dalam seks dan seksualitas, tetapi masalah seks pria dan wanita bukanlah masalah baru dalam kehidupan manusia. Namun, bila mendengar kata “seks,” biasanya akan timbul respon dan ekspresi yang bervariasi dari masing-masing individu.
Persoalan seks tak pernah habis untuk dibahas, selalu menarik, dan orang pun tak pernah bosan membicarakannya. Sebab, seks dan seksualitas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Dari perbedaan seks itulah, manusia lahir ke dunia yang fana ini. Namun, bukan berarti semua orang mau membicarakannya secara terang-terangan atau  terbuka. Sebab, tidak sedikit masyarakat yang menanggapi seks sebagai sesuatu yang sangat pribadi dan tabu untuk dibicarakan.
Di zaman dulu, membicarakan seks mungkin sangat tabu. Tapi, pada zaman sekarang jika kata tabu itu masih melekat, maka  akan ada resiko yang terjadi di kemudian hari.  Sebab, seks itu  adalah juga bagian dari ciptaan Tuhan dan bagian dari kehidupan serta ilmu pengetahuan. Apa yang ada di dalamnya, sudah sepatutnya dipelajari, dipahami hingga tidak ada pengertian seks di luar jalurnya.
Dewasa ini, banyak pengertian seks dan seksualitas yang dikemukakan oleh para ahli di bidang ini. Para ahli kadangkala mengemukakan pendapatnya  saling berbeda. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa “seks” adalah sama dengan “jenis kelamin” atau “hal yang berhubungan dengan alat kelamin.” Sedangkan  seksualitas, merupakan bagian dari kehidupan setiap manusia.
Seksualitas melibatkan secara total dari sikap, nilai, tujuan dan perilaku individu yang didasari atau ditentukan persepsi jenis kelaminnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsep seksualitas seseorang atau individu dipengaruhi oleh banyak aspek dalam kehidupan, termasuk  prioritas, aspirasi, pilihan kontak sosial, hubungan interpersonal, self evaluation, ekspresi emosi, perasaan, karir dan persahabatan.
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Menurut Johan (1993), ada tiga tipe hubungan seksual yang dapat terjadi antara dua orang manusia. Pertama,  tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang pria dengan pria lain (homoseksual). Kedua,  tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan wanita lain (lesbian). Dan ketiga,  tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita (normal).
Lain halnya pendapat Reuben (Wirawan, 1981). Seks, menurutnya, mempunyai tiga fungsi.  Pertama,  seks untuk tujuan reproduksi yakni memperoleh keturunan. Kerena itu, sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara terbuka.
Kedua,  seks untuk pernyataan cinta yaitu  dilakukan berlandaskan cinta dan didukung oleh ikatan cinta. Ketiga, seks untuk kesenangan, yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan intim yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak.
Hubungan seksual adalah suatu keadaan fisiologik yang menimbulkan kepuasan fisik, di mana keadaan ini merupakan respon dari bentuk perilaku seksual yang berupa ciuman, pelukan, dan percumbuan.
Menurut keyakinan umum, perilaku seksual pada pria dan wanita itu berbeda. Secara sederhana diungkapkan bahwa pria itu senang akan seks. Mereka seakan-akan melakukan aktivitas seks menurut cara mereka. Sedangkan bagi wanita, aktivitas seks hanya melayani kaum pria di tempat tidur. Mereka menuruti apa saja yang diminta dan diinginkan kaum pria, dan wanita pasrah padanya.
Pendekatan seks antara pria dan wanita itu, pada dasarnya berbeda. Perasaan seks bagi wanita diselubungi rasa cinta, sementara pria kurang disertai perasaan cinta. Tetapi, sesuai dengan perkembangan zaman, diskriminasi seks  terhadap wanita mulai berkurang, meski tidak menyeluruh.
Ketika kedua manusia yang berlainan jenis melakukan kegiatan seks, mereka akan mengalami orgasme.  Dan orgasme itu, dimaksudkan untuk menjamin keberlangsungan pengembangbiakan. Sedangkan kenikmatan yang diperoleh ketika orgasme, adalah sebagai imbalan keterlibatan mereka dalam proses pembiakan tersebut.
Orgasme merupakan bagian dari aktivitas seks,  di mana terjadi pelepasan secara tiba-tiba ketegangan seksual yang terkumpul, hingga menghasilkan sensasi  kenikmatan. Inilah puncak dari kepuasan fisik, emosional dan aktivitas seks, bergabung menjadi satu.
Kondisi ini, umumnya dikenal dengan sebutan klimaks atau puncak. Saat itulah, terjadi pelepasan secara cepat yang kemudian kembali normal. Orgasme itu terjadi hanya beberapa detik saja.
Orgasme pada pria akan  diikuti dengan ejakulasi. Ini terjadi,  setelah adanya rangsangan seks. Bagi pria umumnya, mendapatkan orgasme dua kali, dan terakhir biasanya yang paling menyenangkan. Sensasi orgasme pada pria diawali dengan ejakulasi yang tak terhindarkan. Ejakulasi itu, pada dasarnya tak bisa dihentikan. Sebab, ia merupakan kontraksi nikmat kuat dan tajam, kecuali bagi yang sudah berpengalaman.
Sensasi orgasme pada wanita, diawali dengan perasaan tegang. Kemudian, timbulnya perasaan nikmat yang begitu cepat. Orgasme pada wanita, bisa terjadi hingga tiga kali. Orgasme kedua dan ketiga, biasanya dirasakan lebih menyenangkan. Sensasi yang dirasakan adalah pada wilayah vagina dan sekitarnya.
Terjadinya orgasme untuk semua orang, memang tidak sama. Bisa jadi bagi seorang individu, orgasme merupakan gelombang sensasi yang meletup-letup. Tapi, bagi  individu lainnya, dirasakan lebih ringan, bukan hal yang meletup-letup, halus dan tidak terlalu kuat. Kondisi demikian bisa terjadi karena faktor fisik, seperti kelelahan, psikososial atau faktor psikologis, termasuk faktor usia.
Mengenai kapan seorang pria bisa berejakulasi, tak ada yang bisa menerka. Soalnya, dalam hal ini tak ada waktu standar. Bisa saja ejakulasi terjadi, saat baru bersentuhan atau tidak lama setelah penetrasi.
Khusus kaum pria berpengalaman, biasanya mereka mampu menahan ejakulasi dalam beberapa menit. Bahkan, ada di antara mereka  yang mampu cukup lama menahan ejakulasi. Jika kedua pihak mampu sama-sama merasakan kenikmatan dalam waktu yang dibutuhkan untuk berejakulasi, artinya permainan seks mereka tidak bermasalah. Boleh dibilang, mereka sama-sama mampu saling memuaskan, hingga tak menimbulkan kekecewaan.
Ejakulasi, bisa disebut juga dengan istilah puncak atau klimaks. Namun demikian, tidak setiap pria berhasil mencapai klimaks, meski dia sudah berejakulasi. Hal ini, menyebabkan gairah mereka menurun.
Ejakulasi terjadi umumnya sebagai akibat adanya rangsangan seksual atau karena masturbasi. Suatu hal yang wajar, jika pada malam hari tiba-tiba seseorang pria berejakulasi karena mimpi basah. Bahkan, terkadang tanpa penyebab apa pun ejakulasi bisa terjadi begitu saja. Tapi, perlu diketahui  bahwa sejak pria pertama kali berejakulasi, artinya dia mampu menghamili wanita.
***
Pria yang baik, sebelum berejakulasi dia akan menanyakan kepada pasangannya. Misalnya, dengan mesra menanya kepada pasangannya;  “Sudah atau belum, mau atau tidak?” Kalau pasangan menjawab, “belum dan mau,” maka pria itu akan berusaha sebaik mungkin menahan ejakulasinya. Dia menunggu sampai saat datang orgasme pasangannya. Ketika tiba waktunya, mereka bisa sama-sama meledakkan. Hubungan seks yang demikian jauh lebih nikmat dan memberi kepuasan bersama.
Ada juga wanita yang harus dibangunkan terlebih dulu dari keterdiaman birahinya dengan berbagai cara. Selain itu, ada pula wanita yang sudah “siap,” karena nafsu birahinya lebih cepat berkembang dan memiliki keinginan seksual lebih kuat.
Pada wanita-wanita dari golongan yang sudah “siap,” artinya  nafsu birahi mereka menjadi sama kuatnya dengan pria. Mereka mempunyai keinginan yang kuat untuk melakukan hubungan seks dan  sering cepat merasa puas. Mereka cepat mencapai orgasme yang pertama, diiringi pula oleh orgasme kedua dan akhirnya ketiga.
Wanita tipe ini jarang sekali ditemui, tapi ada yang demikian, seperti diakui oleh Novi (38), wanita cantik berkulit sawo matang dan mempunyai tiga anak. Ketika bertemu dengan saya (10/2009) di kafe Alstroemeria di kawasan Jakarta Pusat, Novi bercerita bahwa dirinya, istri seorang pengusaha, berkeinginan kuat melakukan hubungan seks.
Suaminya, berusia 62 tahun sering kewalahan melayaninya. Karena itu, ketika suaminya tugas ke daerah, dia sering nongkrong di kafe untuk chatting dengan laptopnya. Di kafe itu, ia kerap menunggu pria selingkuhannya mengajak check in di hotel.
“Saya tak mau membayar pria untuk check in. Tetapi, kalau pria itu senang dan aku senang, oke-oke saja kalau diajak check in sampai pagi, meski tidak dibayar,” ujar Novi. Novi menambahkan, “Kalau mendapat pria jantan, aku bisa orgasme tidak hanya tiga kali, tapi sampai 12 kali.”
Mulanya, saya meragukan keterangan Novi. Tapi, setelah saya tanyakan kepada Roland (27), selingkuhan Novi. Ia membenarkan  pengakuan Novi itu. “Aku juga heran, kenapa dia bisa cepat meledak, kesenggol sedikit saja, tak lama kemudian dia sudah berteriak. Dia bisa meledak beberapa kali, lebih dari tiga kali. Bahkan, Novilah yang sering memperkosa aku,” tutur Roland menjawab tentang kebenaran cerita Novi.
Novi mungkin satu pengecualian. Tapi, kebanyakan wanita yang baru sekali berhubungan seks atau belum berpengalaman soal percintaan,  mereka sulit mencapai orgasme yang sesungguhnya.
Hal ini, dapat dipahami apabila terjadi pada wanita berusia 20 atau 30 tahun, dan belum pernah dijamah pria. Ketika berhungan seks pertama terjadi, dia belum siap. Belum semua sikap dan perasaan yang menahan dirinya dapat disingkirkan.
Dia belum sanggup menyerahkan dirinya kepada pria, masih tertahan-tahan dan tidak tahu bagaimana harus bertindak serta apa yang akan dirasakannya. Dia belum biasa berpikir secara erotik, tidak biasa bereaksi terhadap rangsangan seksual. Akibatnya, pada wanita golongan ini, hubungan seks pertama itu masih belum sampai pada orgasme sesungguhnya.
Wanita yang tidak berpengalaman, sering merasa kecewa di awal perkawinannya. Tapi, setelah banyak membaca tentang percintaan,  pendidikan seks, dan sering mendengar orang  berbicara atau bercerita tentang semua itu, maka niscaya ia akan menjadi lebih tahu tentang seks. Ketika mulai mempraktekkan dengan suaminya, ia  akan sampai pada kesimpulan, “Inikah cinta itu?  Inikah nafsu birahi itu? Di sanalah ia baru merasakan nikmat mencapai  orgasme sesungguhnya.
Lain halnya pengalaman seorang wanita yang sudah berusaha maksimal. Dia sudah mempelajari pendidikan seks, sudah pasrah pada suaminya. Semua usaha sudah ia lakukan, tetapi ketika berhungan seks dengan suaminya, orgasme sesungguhnya belum berhasil dinikmati. Akibatnya, ia selalu tidak puas dan kecewa. Mengapa demikian?  Suaminya, sangat mungkin tergolong tipe seorang egois, sehingga  memperlakukan Sang istri secara keliru. Komunikasi di antara mereka, mungkin terganggu. Dia berharap banyak dari suaminya, ada kreasi dan inisiatif dalam saat berhubungan seks. Tapi, semua itu tidak diperolehnya dari Sang suami.
Wanita berusia muda tidak seharusnya cepat putus asa dan kecewa dalam perkawinannya. Pasalnya, percintaan dan hubungan seks itu, memang perlu dipelajari. Hubungan seks adalah satu seni lain yang perlu dipelajari dan dilatih oleh setiap calon pasangan suami-istri. Satu sistem organ yang 20 atau 30  tahun tidak dipakai, pasti memerlukan waktu. Diperlukan satu kesabaran, sampai semua dapat berfungsi dengan sempurna.
Di lain pihak, sudah menjadi tugas dan kewajiban seorang suami,  agar dia dapat menyesuaikan diri dengan keadaan istrinya. Ia mendidik istri dalam berhubungan seks. Suami tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia perlu sabar, memberi waktu dan kesempatan kepada istrinya, untuk membuang rasa malu dan melenyapkan sikap menahan diri dalam penyerahan dirinya.
Wanita yang tidak memiliki pengetahuan dan kurang mengerti tentang  kehidupan seks, umumnya mereka beranggapan kegiatan seks sebagai tugas istri pada suami, setelah menikah. Tapi, tidak banyak gunanya buat seorang pria, menikahi seorang wanita yang berpendapat demikian. 
Menghadapi istri yang demikian, sang suami perlu sedikit bersabar memberi pengetahuan seks pada istrinya. Kalau Sang istri sudah belajar memahami suaminya dan berpengetahuan tentang seks, maka ia akan berterima kasih kepada suaminya seumur hidup. Sebab, dia dapat merasakan kenikmatan orgasme sesungguhnya.
Perkawinan dengan wanita yang mempunyai hasrat dalam  hubungan seks, memang sangat menyenangkan ketimbang menikah dengan seorang wanita yang “menganggap hubungan seks sebagai suatu kewajiban perkawinan.”
Tapi, tidak berarti  pria yang mendapatkan istri “menganggap hubungan seks sebagai suatu kewajiban perkawinan,” lantas harus bercerai. Sang suami perlu bersabar dan berusaha memberikan pandangan dan pengetahuan seks bagi istrinya, baik berupa bacaan, kata dan tindakan. Bahkan, lebih sering merangsang isterinya dengan sentuhan-sentuhan dan ciuman sebagai tanda kasih sayang. Jika hal demikian sering dilakukan suami, maka lama-kelamaan hubungan suami-istri akan menjadi lebih baik. 
Sang suami perlu memahami istrinya yang menempuh “hidup suci” seperti itu. Mungkin ia kurang mendapatkan  pendidikan  seks ketika masih remaja. Akibatnya, ia tersisihkan dari semua problem seksual. Dengan sedikit kesabaran, maka akan diperoleh hasil suatu keceriaan pada istrinya, dengan menghasilkan,  “kuntum menjadi bunga dan bunga menjadi indah luar biasa.  Setelah itu, menjadi putik dan kemudian menjadi  buah.” Buah hati pengarang jantung yang cantik dan lucu, serta memuaskan lahir batin.
Menjadi kewajiban seorang istri mencari kesuksesan, kenikmatan dan kepuasan dalam perkawinan. Sekolah cinta itu memang tidak ada, tapi cinta perlu dianggap sebagai problema yang serius. Pertama kali, memang  perlu bersusah payah. Tapi, demi kesuksesan hidup perkawinannya, ia tidak akan mengabaikan arti hubungan seks baginya dan bagi suaminya.
Keharmonisan dalam hubungan seks adalah suatu pertaruhan bagi perkawinan bahagia. Dalam perkawinan yang bahagia, Sang suami akan tetap setia kepada istrinya. Ia tidak akan lari mencari kebahagiaan di tempat lain. Begitu pula sebaliknya, istri akan tetap setia kepada suaminya. Ia pun tidak akan lari mencari kebahagiaan dan kesenangan dengan pria lain di luar rumah. Sebab, mereka kini telah mendapatkan kepuasan jasmani dan rohani di dalam rumahtangganya.
Kalau istri dapat memberikan kebahagiaan kepada suaminya di malam hari, maka di kala pagi hari, ia tak akan berhadapan dengan suami yang tak puas dan bermuka masam. Demikian sebaliknya, kalau suami memberikan kebahagiaan kepada istrinya di malam hari, maka pagi harinya, ia juga tak akan berhadapan dengan istri yang tak puas dengan muka yang cemberut tanpa gairah.
Wanita memang perlu memperlihatkan kemauan baik untuk selalu membahagiakan pasangannya. Ia berusaha agar melupakan penahanan diri yang disebabkan rasa malu, karena  pendidikan dan nasehat-nasehat yang mentabukan seksual sewaktu masih gadis. Ia selalu berusaha tidak menarik diri dari rayuan hidup seksual suaminya,  seperti ketika masih gadis remaja.
Hal ini memang tidak bisa berlangsung dengan seketika, tapi perlu dilakukan secara bertahap. Awalnya, memang masih agak janggal dan mungkin bisa macet. Tapi, semakin terbiasa dengan rangsangan seksual, maka semakin cepat ia mengerti bahwa tidak ada buruknya bila  memberi suami suatu kepuasan seksual.  Dengan cara penyerahan diri yang tulus dan sempurna, sehingga ia sendiri juga menjadi puas.
Wanita pun perlu mempelajari cara menguasai otot-ototnya. Ia perlu belajar menggunakan otot-otot pinggulnya dan vaginanya agar dapat mengambil bagian dan aktif dalam kegiatan seksual, sampai pada orgasme. Misalnya, dengan aktif mengikuti senam seks dan jenis olah raga lainnya.  
Awalnya, mungkin dia tidak berhasil. Tetapi, setelah melatihnya sekian lama, ia akan merasa lebih mudah dan benar-benar merasa satu dengan suaminya. Ia merasa seperti dirasakan suaminya dan terasalah keharmonian seksual menjelma menjadi realitas keseharian dari setiap perkawinan.
***
Hubungan seks tidak akan menjadi masalah, jika kedua belah pihak, baik pria maupun wanita, sama-sama memperoleh kenikmatan. Sama-sama mencapai orgasme. Tetapi, dalam kenyataannya masih sering terjadi diskriminasi dalam merasakan kenikmatan itu. Kaum wanita, ternyata masih jarang atau lambat mencapai orgasme. Ini disebabkan adanya rasa malu dan tidak ada keberanian wanita untuk berterus-terang. Sedangkan kaum pria, sering atau cepat mencapai orgasme.
Ketika melakukan hubungan seks, wanita mencapai orgasme lebih lama, tidak secepat pria. Ini bisa terjadi, sewaktu melakukan  hubungan seks mungkin pria hanya mementingkan dirinya sendiri. Suami sepertinya kurang memperhatikan lawan jenisnya. Akibatnya, setelah dirinya memperoleh kenikmatan, tidak lagi menghiraukan pasangannya. Selain itu, mungkin pula di antara kedua belah pihak, tidak ada kerja sama yang baik dalam mencapai kenikmatan bersama.
Faktor lain yang menyebabkan wanita lama memperoleh orgasme, yakni posisi selama berhubungan seks masih cara lama (primitif). Posisi senggama yang berlaku umum dalam masyarakat, kurang menguntungkan wanita. Penduduk di desa ketika melakukan senggama, umumnya masih menggunakan cara-cara primitif. Posisi ini dinilai kurang menguntungkan wanita. Karena itu, variasi posisi bersenggama perlu dilakukan dengan cara lebih menyenangkan wanita.
Hubungan harmonis pria wanita dalam seks adalah kodrat. Dan seks tidak semata hubungan rutinitas belaka. Seks merupakan bagian dari seni yang membutuhkan penghayatan dan pemahaman. Kenikmatan seks akan diperoleh, bila pasangan merasakan kepuasan. Karena itu, untuk menghindari kejenuhan, setiap pasangan pria dan wanita perlu pandai menciptakan suasana baru. Melakukan teknik dan cara permainan yang berganti-ganti. Jangan pasrah dengan posisi yang konvensional.
Hubungan seks akan berjalan lancar dan terasa indah, jika dilakukan dengan cinta dan kasih sayang. Diawali dengan aktivitas yang bisa membangkitkan gairah (foreplay). Kemudian, diperlukan kerja sama untuk menyenangkan pasangan disertai dengan komunikasi antara kedua belah pihak.
Hubungan seks perlu dipelajari,  agar dalam pelaksanaannya lebih mudah, terutama dengan mengetahui daerah erotis masing-masing pihak. Intinya, agar masing-masing pihak sama-sama tahu bagaimana cara memuaskan pasangannya. Selain itu, masalah emosi pun patut diperhatikan. Pasalnya, antara emosi dan seks memiliki keterkaitan yang kuat.
Jika dalam suatu rumahtangga sedang ada masalah, tentunya aktivitas seks pun akan mengalami gangguan. Rasa capek, stress, dan ketidakpercayaan pada pasangan adalah bagian yang akan memberi pengaruh kuat pada urusan di ranjang.
Seks pun tak pernah lepas dari komunikasi. Di sinilah tempatnya, agar di antara pasangan perlu saling berterus-terang dan mau terbuka  mengungkapkan, apa yang diinginkan masing-masing pihak. Misalnya, bisa saja satu pihak kurang suka dengan posisi tertentu. Tapi,  pasangan lain justru menyukai hal sebaliknya.  Daripada terjadi ketidaknyamanan dalam bercinta, alangkah baiknya jika masing-masing pihak membicarakan hingga tercapai solusi terbaik. Misalnya, dengan cara mengubah tempat, teknik dan posisi, sehingga kedua belah pihak memperoleh kenyamanan dalam bercinta.
Bila masing-masing pihak  memiliki masalah, maka komunikasi bisa menjadi jembatan yang bagus. Dengan demikian, kedua belah lebih tahu apa yang perlu dilakukannya. Perlu diingat bahwa hubungan seks tanpa kenyamanan hati, pikiran dan keseimbangan posisi, tidak akan mencapai kenikmatan.
***
Hasil penelitian para ahli dari Amerika dan Eropa, menyebutkan bahwa  hubungan seks memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk kepuasan, juga kesehatan. Selain itu, seperti dilansir WebMD(2009), hubungan seks juga dapat  mengurangi berat badan, mengurangi risiko disfungsi ereksi, melepaskan stres, meningkatkan prestasi, membuat awet muda, meringankan rasa sakit, mengatasi depresi, meningkatkan kekebalan, mempercepat pemulihan kondisi badan,  menumbuhkan rasa percaya diri,  dan bisa membuat hidup lebih bermanfaat.
Jika kita termasuk tipe yang suka berolahraga, seks dapat membuat semua kelompok otot tubuh bekerja. Ini merupakan latihan cardio-vascular yang bagus dan akan membantu membakar hingga 500 kalori dalam satu jamnya, sehingga dapat mengurangi berat badan.
Penelitian terbaru menunjukkan, pria yang rutin berhubungan seks dapat mengurangi risiko berkembangnya disfungsi ereksi. Penelitian selama lima tahun yang dipublikasikan American Journal of Medicine, menganalisa terhadap 989 pria Finlandia dengan usia 55-75. Ditemukan, pria yang berhubungan seks sekali dalam seminggu, punya risiko dua kali lebih besar menderita disfungsi ereksi, dibandingkan dengan para pria yang terlibat dalam aktivitas seks selama tiga kali dalam sepekan.
Kepuasan dari hubungan seks, dapat membantu menghilangkan beban pikiran yang berat dengan meningkatkan tingkat cuddle chemical oxytocin, yakni membangkitkan perasaan kehangatan dan rileks, sehingga  dapat melepaskan stres.
Atlet wanita yang melakukan hubungan seks pada malam sebelum berlomba pada keesokan harinya, menurut penelitian oleh Norwegian University of Sport, akan merasa lebih percaya diri dan lebih rileks dari biasanya. Peneliti meyakini, atlet yang berhubungan seks sehari sebelum pertandingan berdampak besar terhadap prestasinya.
Dengan berhubungan seks yang memuaskan, dapat meningkatkan penampilan. Seks akan membuat selalu tampak dan merasa lebih muda serta membuat rambut menjadi lebih berkilau dan kulit menjadi lebih cerah. Semua ini, karena bertambahnya estrogen dan hormon lainnya.
Sakit kepala? Lupakan obat penghilang rasa sakit atau minum alkohol, karena perasaan nyaman ketika endorphin dilepaskan selama hubungan seks dapat membantu mengurangi rasa sakit. Selanjutnya, kepuasan dan hormon yang dihasilkan, juga dapat mengurangi depresi dan kegelisahan.
Menurut penelitian di New Scientist,  melakukan hubungan seks dua kali dalam seminggu bisa membuat terhindar dari pilek dan flu. Ini karena hubungan seks dapat meningkatkan lgA, lapisan pertahanan pertama dari sistem kekebalan. Lalu dengan berusaha keras meraih bagian tubuh, seperti perut dan bagian dalam paha, beberapa sesi hubungan seks dalam seminggu, akan membantu memacu badan  kembali ke kondisi fit.
Bagi pria yang rutin melakukan hubungan intim, bisa meningkatkan rasa percaya diri. Hal ini, karena pria memiliki keyakinan bahwa penisnya dapat memuaskan pasangan. Rasa percaya diri, merupakan sesuatu yang sangat penting. Bila tidak, seks akan terasa hambar, walaupun melakukan berbagai gaya dan teknik terbaru sekalipun.
Konon, wanita paling senang melihat pasangannya bersikap agresif dan penuh percaya diri tiap kali memberikan rangsangan seksual. Dengan demikian, wanita tersebut akan merasa bahwa tubuhnya memang begitu menggoda serta seksi. Rasa percaya dirinya pun akan semakin meningkat ketika bercinta.
Menurut penelitian University of Bristol, para pria dan wanita yang berhubungan seks tiga kali dalam seminggu, akan mengurangi risiko mereka terkena serangan jantung atau stroke. Sebab, dengan cara itu,  mereka  akan menjadi lebih sehat.
***
Kini,  dalam masyarakat banyak beredar mitos-mitos seks, yang kebenarannya sangat diragukan. Mitos adalah informasi yang  salah, tapi dianggap benar. Ia cepat berkembang, padahal kebenarannya masih dipertanyakan, dan sering tidak akurat atau tak sesuai dengan fakta  sebenarnya.
Mitos seks secara tidak langsung berhubungan dengan kesehatan seksual. Masyarakat banyak percaya kepada mitos, karena mereka sulit mendapatkan informasi yang akurat dan biasanya malas untuk mencari  informasi yang benar. Karena itu, mereka dengan sangat mudahnya menerima segala informasi yang sifatnya desas-desus atau gosip semata.
Orang-orang yang meragukan kebenaran dari mitos seks, akan berupaya mencari kebenaran sesungguhnya. Setelah mendapatkan keterangan yang benar, maka orang tersebut secara otomatis akan mengetahui tentang “kesehatan seksual,” yang mengandung pengertian, “Kemampuan untuk menikmati dan mengungkapkan seksualitas yang bebas dari resiko terkena penyakit, kehamilan yang tidak diinginkan, paksaan, kekerasan dan diskriminasi.”  
 Mitos seks, sering kali menempatkan pria sebagai kaum yang memiliki kelebihan dalam urusan seks ketimbang wanita. Ketidaksetaraan gender ini, membentuk asumsi  bahwa wanita hanyalah obyek seksual saja. Fungsinya, hanya memuaskan kaum pria. Pendapat yang salah ini, membuat banyak wanita berusaha sekuat  tenaga lewat berbagai cara, agar selalu dapat melayani dan lebih memuaskan pria atau suaminya.
Ketidaksetaraan gender dalam mitos seks, juga berdampak pada kaum pria. Sebab, ia dianggap lebih expert dari wanita, maka secara tidak langsung pria merasa dituntut untuk selalu lebih ahli dalam urusan seks. Akibatnya,   bila  dalam hubungan seks atau aktivitas seksualnya tidak seperti yang diharapkan, maka pria tersebut akan mati-matian berupaya untuk memperbaikinya. Bahkan, sering kali dengan menggunakan cara-cara irasional, yang dapat membahayakan dirinya sendiri, seperti mengonsumsi obat-obatan, atau minum obat-obatan untuk menambah keperkasaan, bahkan sampai berusaha memperbesar penisnya.
Masyarakat juga sering beranggapan bahwa seksualitas perempuan dan pria berbeda, padahal anggapan seperti itu tidak selalu benar.  Dorongan seks wanita, pada dasarnya sama dengan dorongan seks pria.  Hal tersebut, dipengaruhi oleh hormon seks, faktor psikis, rangsangan seksual yang diterima, keadaan kesehatan tubuh, dan pengalaman seksual yang sebelumnya.
Wanita dan pria mengalami reaksi seksual yang menimbulkan perubahan, baik secara fisik maupun psikis, dan mencapai puncaknya dalam bentuk orgasme. Reaksi seksual secara fisik tidak hanya terjadi pada kelamin, juga di bagian tubuh yang lain. Secara psikis, baik wanita atau pria mengalami sensasi erotik yang sama selama terjadi reaksi seksual.
Pria maupun wanita dapat mengalami barbagai gangguan fungsi seksual oleh sebab-sebab tertentu. Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa baik pria maupun wanita mempunyai peranan yang sama di dalam kehidupan seksual.
Perbedaan yang nyata antara pria dan wanita adalah terletak pada perbedaan bentuk anatomi kelamin. Perbedaan bentuk anatomi tersebut, antara lain dapat menjadi penyebab bahwa pria hampir selalu dapat mencapai orgasme setiap kali hubungan seksual. Sedangkan beberapa wanita, mengalami kesulitan mencapai orgasme.
Dahulu diyakini bahwa terjadinya ejakulasi merupakan perbedaan antara seksualitas wanita dan pria. Tetapi, wanita juga ternyata mengalami ejakulasi walaupun bukan sperma yang dikeluarkan seperti pada pria.  Hal tersebut dikenal dengan female ejaculation.
Mitos-mitos seks yang banyak beredar di masyarakat, ternyata tidak hanya melanda kaum wanita, juga kaum pria. Seperti ada anggapan bahwa:Penis besar menentukan kenikmatan; Masturbasi pada pria dapat menyebabkan kemandulan, ejakulasi dini, impotensi, rambut rontok dan lutut keropos; Kepuasan hubungan intim tergantung pada pria; Multi orgasme hanya milik wanita saja; Dan pria yang telah divasektomi akan kehilangan libido seksualnya.”
Mitos ukuran penis besar, menentukan kenikmatan seksual sangat popular di masyarakat. Informasi yang salah ini, beranggapan bahwa semakin besar penis, akan semakin nikmat. Akibatnya, banyak pria yang merasa penisnya kecil menjadi malu dan kurang percaya diri. Bahkan, ada yang takut berhubungan seks, sehingga tidak mampu melakukannya. Padahal, yang benar bahwa besar-kecilnya penis tidak berkaitan dengan potensi seksual seseorang, dan tidak menjamin tingkat kepuasan seksual.
Kepuasan seksual wanita, pada dasarnya, tidak ditentukan dari besar-kecilnya penis, melainkan oleh kemampuan penis untuk ereksi. Selain itu, kepuasan seksualitas ditentukan oleh kemampuan  mengontrol ejakulasi dan  komunikasi yang baik antara suami-istri.
Sayangnya, hingga kini masih  banyak pria yang percaya dengan mitos ukuran penis ini. Akibatnya, banyak dari mereka yang berupaya  membesarkan penisnya dengan berbagai macam cara. Bahkan, ada di antaranya dengan cara yang tidak ilmiah dan berbahaya bagi kesehatan.
Menjamurnya berbagai iklan yang mempromosikan terapi alternatif untuk keperkasaan dan  membesarkan penis, banyak menarik perhatian pria, yang sebenarnya hanya janji surga belaka.
Sebagai contoh, pengalaman pria ganteng, yang sudah lama saya kenal. Kami sudah sering berjumpa, dan ia dengan istrinya sudah sering bertemu dengan saya dalam berbagai kesempatan. Meski usianya sudah 54 tahun, tetapi dia tetap kelihatan muda. Namanya Burhan, ia mempunyai ukuran alat kelamin yang tergolong kecil. Tapi, walaupun dengan ukuran penis seperti itu, dia sudah dikaruniai  dua orang anak dari isterinya yang cantik dan setia dalam suatu rumah tangga harmonis.
Suatu pagi (10/2009), Burhan membaca iklan di salah satu koran  Ibu kota, Jakarta, mempromosikan terapi membesarkan alat vital secara full-garble, dan Burhan menjadi tertarik. “Kenapa tidak dicoba, sekaligus dapat memberi kejutan kepada istriku,” pikir Burhan.
Hasratnya untuk mencoba menjadi menggebu-gebu, setelah mendapatkan dukungan dari teman-teman sekantornya. “Bagus tu Bur, untuk pria yang mempunyai burung kecil,” ujar salah seorang temannya, ketika ia meminta pendapat.
Benar, tanpa pikir panjang, dengan didorong perasaan ingin membahagiakan istri, sepulang kantor Burhan mendatangi tempat terapi itu. Waktu pertama datang, belum ada hasil. Kedua dan ketiga, juga demikian. Baru setelah datang keempat, benar saja burungnya menjadi besar, jauh lebih besar dari ukuran semula.
Burhan bangga atas keberhasilannya, ia segera pulang. Sampai di rumah, ia memberi tahu kepada istrinya. “Ma, nanti malam aku akan memberi mama kejutan, sekalian sebagai hadiah ulang tahun Mama,” ujar Burhan yang kebetulan hari itu istrinya berulang tahun.
Istrinya bingung, mendengar perkataan suaminya. Di benaknya timbul pertanyaan besar, “Kejutan apa yang akan diberikan oleh Sang suami nanti malam.”
Tidak saja istri Barhan yang bingung, juga kedua putranya ikut bingung. Waktu masih menunjukkan senja hari,  tapi sudah disuruh tidur oleh ibunya. Padahal, mereka biasanya masih bermain-main dulu dengan kedua orangtuanya, atau menemani kedua orang tua menonton TV, meski mereka tidak sepenuhnya mengerti apa yang dilihatnya.
Ketika situasi memungkinkan, istrinya sudah siap dengan gaun tidur, yang sedikit memamerkan keelokan tubuhnya yang sexy. Disertai olesan deodorant dan sedikit semprotan parfum, istrinya benar-benar membuat Burhan makin terangsang. “Istriku memang cantik, dan pandai menyenangkan suami,” kata Burhan dalam hati.
Burhan masuk ke kamar, dia lihat istrinya telah tergolek di tempat tidur, menunggu suaminya memberi kejutan. Dikuncinya pintu, lalu Burhan ikut rebahan, sambil membuka seluruh pakaiannya. Ketika tidak ada lagi selembar kain menutupi tubuhnya, istrinya menjadi kaget bercampur haru ketika melihat ada perubahan pada “aset” suaminya. “Kok burung papa jadi besar? Aku senang,  ini benar-benar kejutan,” ujar istrinya ketika melihat dan memegang burung Burhan yang baru. Mendengar kata istrinya, Burhan ketawa bangga, sambil mencium istrinya dengan mesra.
Singkat cerita, istri Burhan sudah siap dengan bulannya. Kini, bulannya tidak diliputi awan lagi, sudah bersinar terang, menggoda pangguk memagutnya.
Burhan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan istrinya. Lalu, dengan penuh percaya diri, setelah foreplay ia mulai memasukkan burung ke sangkarnya. Tapi, Burhan tiba-tiba menjadi kaget. Burung Burhan, ternyata tak bersemangat. Bahkan, malah secara berangsur-angsur tapi pasti, burungnya itu mulai tidur. “Kenapa pa?” Tanya istrinya, yang dari tadi tidak sabar menunggu. Ia kepingin benar merasakan sensasi burung  Burhan, yang lain dari biasanya itu.
Mendengar pertanyaan istrinya, Burhan menjadi semakin grogi dan burungnya makin lelap tidurnya. Melihat keadaan suaminya, sang istri mengambil inisiatif. Dia mencoba membangunkan burung suaminya secara oral, tapi sang burung tidak juga bangun. “Mungkin capek kali pa, mari kita tidur dulu. Nanti, kita ulang lagi setelah  istirahat,” tutur istrinya dengan lemah lembut. Burhan mengikuti ajakan istrinya itu.
Setelah malam memasuki pagi, Burhan bangun. Istrinya pun demikian. Mereka berusaha mencoba lagi. Tapi, yang terjadi  tetap sama. Si burung, tetap lebih suka tidur nyenyak. Burhan menjadi malu kepada istrinya, disertai penyesalan yang mendalam. Burhan merasa terpukul, dia mulai marah-marah sendiri, menyesali dirinya. Dia berteriak-teriak, sambil memukuli burungnya yang tidur nyenyak. Burhan baru berhenti berteriak dan marah-marah, setelah tetangga ramai  datang dan mengetuk pintu rumahnya.
Siangnya, istri Burhan menelepon saya. Dari seberang sana, terdengar suara istri Burhan yang lembut. Istri Burhan mengundang saya agar datang ke rumahnya.  “Pak tolong datang ke rumahku, Mas Burhan lagi sakit dan mengurung diri di kamar.”
Ketika saya tanya apa sakit suaminya, istri Burhan tidak memberikan jawaban yang pasti. “Nanti kalau bapak sampai di rumah,  aku ceritakan,” ujarnya.
Saya sampai di rumah Burhan agak sore. Saya disambut oleh istri Burhan dengan ramah. Saya tanyakan, “Mana Burhan?” Istri Burhan tidak menjawab, hanya menunjuk ke kamarnya. Saya masuk ke kamar itu, mendapatkan Burhan sedang menangis tersedu-sedan. Saya tanya, “Kenapa kau Burhan. Sakit apa?” Burhan tidak menjawab, hanya menunjuk ke daerah selangkangannya.
Saya langsung mengerti maksud Burhan. Saya berkata kepadanya, “Ayo berpakaian yang rapi, kita pergi ke dokter.” Mendengar omongan saya itu, Burhan bangun dari tempat tidurnya. Dengan diantar istrinya, kami pergi ke ruang praktik dokter spesialis untuk sakit Burhan itu.
Dari keterangan dokter, Burhan menjadi mengerti bahwa membesarkan burung dengan cara penyuntikan silikon ke burungnya dapat merusak jaringan pembuluh darah di sekitarnya. Akibatnya, burung Burhan malah  menderita disfungsi ereksi atau impotensi.
***
Mitos lain berkembang di masyarakat, yaitu masturbasi atau onani pada pria, dapat menyebabkan kemandulan, ejakulasi dini, impotensi, rambut rontok dan lutut keropos.
Masturbasi, dilakukan pada kondisi-kondisi tertentu, misalnya belum memiliki pasangan atau ketika jauh dari pasangan, sementara hasrat seksual tak tertahankan. Sejumlah kalangan agama, ada yang mengharamkan. Tapi, sebagian kalangan memperbolehkan. Secara ilmiah, masturbasi tidak ada hubungannya dengan kemandulan, ejakulasi dini, impotensi,  rambut rontok atau lutut keropos.  Tetapi frekuensi masturbasi yang terlalu sering, menjadi kurang baik dampaknya. Sebab, hal tersebt dapat mengurangi produktivitas.
 Pria dan wanita, sama-sama mempunyai peran dalam suatu hubungan seksual. Karena itu, keduanya harus sama-sama terpuaskan. Anggapan bahwa kepuasan hubungan intim tergantung dari kepiawaian pria tidaklah benar. Sebab, sebuah hubungan akan menjadi seru dan lebih mengasyikkan, bila kedua belah pihak sama-sama cerdas, pintar dan  bisa mengimbangi lawannya di atas ranjang.
Pada pria, orgasme terjadi bersamaan dengan ejakulasi. Banyak yang beranggapan bahwa kenikmatan seksual dirasakan  karena sperma dikeluarkan. Padahal, kenikmatan seksual yang dirasakan itulah, yang disebut orgasme. Sama seperti wanita, pria juga bisa mengalami multi orgasme yaitu dengan latihan mengontrol untuk menunda ejakulasi. Memang memerlukan waktu untuk latihan, tetapi tidak ada pengaruh buruk akibat menahan ejakulasi.
Pria yang divasektomi, tidak akan kehilangan nafsu seksualnya. Sebab, pada vasektomi testis/buah zakar, tidak dibuang dan tidak dilukai. Testis, tetap memproduksi sperma dan hormon testosteron yaitu hormon yang berfungsi sebagai pemberi sifat jantan pada pria dan juga untuk libido. Vasektomi berbeda dengan kebiri, di mana pada kebiri kedua testis dibuang.
Mitos seks lainnya yang melanda kaum wanita, antara lain, vagina kering; perawan harus mengeluarkan darah, dan seks tidak mungkin lagi setelah menopause.
Seorang wanita, normalnya memang ketika mengalami rangsangan seksual memberikan reaksi seksual berupa keluarnya cairan atau lendir dari dinding vagina. Cairan ini, berfungsi sebagai lubrikan atau pelicin. Bila vagina wanita masih kering, berarti dia belum mengalami reaksi seksual,  dan belum siap untuk berhubungan seksual.
Bila dalam keadaan demikian, hubungan seksual tetap dilakukan juga, maka akan terjadi gangguan,  rasa nyeri pada pria maupun wanita. Akibat lebih jauh yaitu dapat terjadi lecet, luka dan peradangan baik pada vagina maupun burung pria.. Jadi, mitos seks tentang vagina kering dapat memberikan kepuasan yang lebih, adalah tidak benar. Sangat disayangkan, bila pria meminta pasangannya agar membuat vaginanya  selalu kering.
Mengenai mitos perawan harus mengeluarkan darah ketika pertama kali berhubungan seks,  muncul karena pada zaman dahulu perempuan dianggap hanya sebagai obyek seksual oleh pria.  Akibatnya, ketika melakukan hubungan seks, wanita biasanya dalam keadaan tidak terangsang atau tidak siap. Dalam kondisi seperti ini, sering kali hubungan seksual terjadi dalam keadaan terpaksa. Akibatnya, terjadilah robekan pada kelamin yang menyebabkan perdarahan. Padahal, bila dalam keadaan terangsang dan siap, maka wanita dapat melakukan hubungan seksual dengan lancar, tanpa rasa nyeri dan tanpa perdarahan.
Sebuah riset mengatakan, wanita justru lebih besar kemungkinannya mendapatkan orgasme dibandingkan sebelum menopause. Selain itu, wanita juga lebih besar kemungkinannya mendapatkan multiorgasme setelah masa menopause.
Hal tersebut dikarenakan, setelah menopause wanita cenderung lebih bisa mengenyahkan kekhawatiran akan terjadinya kehamilan. Dan wanita di atas 50 tahun, telah memiliki keahlian dan pengalaman yang memadai dalam berhubungan seksual. Sebagian besar telah mengenal dengan baik pola permainan pasangannya ketika berhubungan.
Kenikmatan melakukan seks setelah menopause, juga akan bertambah, bila suami menggunakan kondom. Sebab, pada wanita menopause, produksi cairan vagina biasanya menjadi berkurang.  Akibatnya, wanita sering merasa nyeri saat berhubungan seksual. Kondisi tersebut, akan berbeda bila suami mau menggunakan kondom. Sebab,  lubrikan atau pelicin  yang ada pada kondom akan membantu kondisi tersebut.
Selain mitos-mitos di atas, masih banyak mitos lain yang beredar di masyarakat, seperti bila wanita banyak mengonsumsi pisang, nenas, ketimun dan lainnya berakibat becek atau vagina basah dan lain-lainnya.
Tidak mudah menepis mitos-mitos tersebut, apalagi bila mitos itu sudah turun menurun dari generasi ke generasi. Namun demikian, bila memahami konsep-konsep dasar kesehatan seksual, tentu akan memberikan pemahaman yang benar tentang berbagai hal  terkait dengan seksualitas. Dengan cara ini, akan mampu meluruskan anggapan-anggapan salah tentang seksual, termasuk  mitos seks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar