Jumat, 28 Oktober 2011

HUBUNGAN PAGARUYUNG DENGAN BANGSA BARAT







  Berbagai sumber kuno memberikan fakta sejarah, bahwa Indonesia sedari zaman sebelum Masehi, dikenal sebagai satu Negara besar menyimpan banyak kekayaan alam yang melimpah ruah. Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia, terkenal memiliki aneka ragam kekayaan alamnya. Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta “Suwarnadwipa” atau  “pulau emas,” dan “Suwarnabhumi” atau  “tanah emas.” Nama-nama ini, sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Sumatera juga dikenal sebagai pulau Andalas, penghasil utama emas, timah  dan rempah-rempah, seperti lada, kopi, dan sebagainya.
Pada masa Dinasti ke-18 Fir'aun, Mesir (sekitar 1.567 SM - 1.339 SM), di pesisir barat pulau Sumatera telah dikenal  pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus (Lobu Tua - daerah Tapanuli),  diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kamper atau kapur barus, yang  digunakan sebagai salah satu bahan pengawet mummy Fir'aun Mesir kuno.
Di samping Barus, di Sumatera juga terdapat kerajaan kuno lainnya. Sebuah manuskrip Yahudi Purba menceritakan, sumber bekalan emas untuk membangun kota kerajaan Nabi Sulaiman, dulunya diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh, dinamakan Ophir. Kemungkinan Ophir tersebut berada di Sumatera bagian barat, yakni gunung Ophir, yang dikenal juga dengan nama Gunung Talamau,  merupakan salah satu gunung tertinggi terdapat di daerah Pasaman.
Menurut sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang tinggi dan mengandung emas. Konon pusat kerajaan Minangkabau terletak di tengah-tengah galian emas. Dan emas yang dihasilkan kemudian diekspor melalui sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri, Pariaman, Tiku, Barus, dan Pedir.
Cerita Yahudi Purba dan berbagai sumber kuno tentang kekayaan logam mulia, bahan mentah dan rempah-rempah yang dikandung Indonesia, khususnya di pulau Sumatera, menarik perhatian,  sekaligus  mengundang bangsa barat untuk datang ke Indonesia umumnya, khusus ke pulau Sumatera.
Minat bangsa barat datang ke Indonesia umumnya, khusus ke pulau Sumatera makin bertambah kuat,  setelah di negara-negara barat  berkembang pula paham Merkantilisme dari abad ke-16 sampai ke-18 dan Revolusi Industri  yang berlangsung sejak  abad ke-17.
Paham Merkantilisme dipelopori oleh beberapa tokoh, seperti Thomas Mun Sir James Stuart dari Inggris, Jean Baptiste Colbert dari Prancis, dan Antonio Serra dari Italia.
Secara umum, Merkantilisme dapat diartikan sebagai suatu kebijaksanaan politik ekonomi dari negara-negara imperialis yang bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya kekayaan berupa logam mulia untuk dijadikan sebagai ukuran terhadap kekayaan, kesejahteraan, dan kekuasaan bagi negara yang bersangkutan.
Dengan kata lain, semakin banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu negara imperialis, maka semakin kaya dan semakin berkuasalah negara tersebut. Mereka percaya bahwa dengan kekayaan yang melimpah,  maka kesejahteraan akan meningkat dan kekuasaan pun semakin mudah untuk didapatkan.
Selain itu, di negara-negara barat juga berkembang Revolusi Industri pada abad ke-17, yang dipelopori oleh Inggris, kemudian berkembang ke seluruh negara di Eropa.
Revolusi industri pada dasarnya menunjukkan pada proses perubahan yang cepat di bidang ekonomi, yaitu dari ekonomi agraris (pertanian) ke ekonomi industri dengan menggunakan tenaga-tenaga mesin (tidak lagi menggunakan alat-alat manual yang mengandalkan keterampilan tangan dan tenaga manusia), sehingga dapat meningkatkan produktivitas barang.
Akibat dari Revolusi Industri tersebut, negara-negara barat saling berlomba mencari bahan mentah untuk industrinya, dan daerah pemasaran baru  untuk hasil industrinya.
Pulau Sematera yang kaya dengan logam mulia, bahan mentah dan rempah-rempah menjadi rebutan bangsa Belanda dan Inggris. Sedangkan  Portugis, Spanyol dan Perancis, tidak pernah menjajah pulau Sumatera, tapi bangsa Portugis dan Prancis pernah datang ke Minangkabau untuk kepentingan  lain.
 SELANJUTNYA DAPAT DIBACA DALAM BUKU MINANGKABAU DARI DINASTI  ISKANDAR ZULKARNAIN SAMPAI TUANKU IMAM BONJOL  YANG BISA DIDAPAT DI TOKO BUKU GRAMEDIA.

1 komentar: