Rabu, 26 Oktober 2011

DI SALON PUN BISA



Salon adalah semacam surga bagi kaum wanita. Di sana para wanita dari segala usia, memanjakan diri dengan menyerahkan tubuhnya kepada petugas atau pelayan salon,  agar dirawat dengan sebaik-baiknya dan senyaman-nyamannya. Sehingga kalau keluar dari salon itu, seluruh tubuh rasanya segar dan nyaman. Seakan-akan muda lagi, seperti dapat energi ekstra.
Sekarang salon bukan lagi monopoli kaum hawa. Kaum pria pun bisa datang kesana, dengan tujuan yang sama; ingin tubuhnya dirawat, dimandikan, dipijat, dan sebagainya.
Kini, dibeberapa tempat di negeri  ini juga ada salon yang khusus untuk wanita, dan ada juga salon khusus bagi pria. Keistimewaanya untuk salon khusus bagi wanita, petugas atau pelayan yang melayani mereka semuanya pria muda. Sebaliknya di salon khusus pria,  para petugas dan pelayannya adalah wanita-wanita muda yang cantik dan sexy  dengan sentuhan tangan yang mengundang penyerahan diri.
Perkembangan terbaru, kaum pria bisa mendapatkan perawatan tubuh secara lengkap dan super nyaman di sebuah salon yang menerima tamu wanita maupun pria. Jenis pelayanan dan perawatan yang ditawarkan pun sangat beraneka ragam, bisa sampai 50 macam.
Kalau rambut digunting, kepala dipijat sampai ketiduran, lalu dikeramas oleh seorang gadis muda yang cantik, mungkin rasa nyaman bisa seperti terbang di antara awan-awan. Tapi, apakah sudah pernah merasakan yang namanya “penis waxing”?
Penis waxing  adalah perawatan terhadap kemaluan pria.  Bila setuju, semua bulu yang jarang kena sinar matahari itu,  pelan-pelan dioleskan dengan semacam krim, dilapisi dengan kertas lem, kemudian dicabut sampai  semua habis,  alias gundul. Atau terkadang dengan  cara dicukur atau digunting,  tergantung kemauan  tamunya.
Ada sensasi yang agak aneh melihat pemandangan baru di bagian tubuh sendiri. Tapi juga ada rasa nyaman yang belum pernah dirasakan. Itu belum semuanya. Kenyamanan bisa bertambah lagi ketika tahap berikutnya dimulai dengan lulur. Lulur kini bukan lagi menjadi monopoli kaum wanita. Lulur sekarang juga sudah jadi menu yang laris manis di salon-salon tertentu yang ibaratnya menawarkan surga bagi para tamu pria.
Dengan dilulur oleh seorang gadis cantik,  tentu rasanya  tidak hanya seperti kembali menjadi bayi, tapi bayi ajaib yang bisa merasakan sensasi seksual luar biasa. Tidak sampai klimaks atau orgasme, tapi tubuh terus dielus dan digerayangi dengan sentuhan tangan lembut bercampur ramuan lulur yang terasa bagai pasir halus di pantai.
Lulur pun bukan ujung dari paket perawatan hari itu, kalau diminta 10 jenis pelayanan. Acara berikutnya tak kalah menantang dan merangsang: massage seluruh badan. Oh ya, sebelum itu tentu harus mandi dulu, mandi susu atau setidaknya badan dibersihkan dulu dari ramuan lulur yang nyaman itu, yang dikerjakan oleh gadis-gadis cantik, dengan canda ria. Kita dimandikan oleh cewek cantik, disabuni dan digosok dengan busa halus, untuk menghilangkan ramuan lulur yang melekat di badan kita.
Di acara pijat lengkap alias full massage ini tentunya segala macam bisa terjadi. Mungkin kita sampai tidak tahan lagi, dan gantian mengambil alih peranan dengan memijat si gadis cantik pelayan salon itu, kalau itu termasuk dalam paket pelayanan yang dipilih,  dengan biaya yang telah disesuaikan.
Bagaimana ceritanya? Tentu dapat disimak dari pengalaman  kami selama berada di salon tersebut.
***
Salon Rose Hips ini bukan sekadar salon kecantikan, tempat orang merawat kecantikannya, merias muka, merawat wajah dan menata rambut supaya kelihatan cantik seperti biasanya. Tetapi salon ini istimewa lengkap, karena disini semuanya ada.
Salon yang terletak di ruko tingkat empat, cukup luas terdiri dari tiga ruko yang disatukan. Letaknya pun strategis, di pinggir jalan besar di kawasan Jakarta Utara.
Di tingkat dasar, tersedia fasilitas menata rambut, seperti gunting, cuci, blow, rebonding, cat, highlight, creambath, dan perawatan seperti manicure, pedicure dan lainnya.
Di tingkat satu, tersedia fasilitas merawat wajah seperti facial dan merawat bulu, seperti mencukur bulu ketek (armpit waxing), menata kemaluan wanita, seperti bikini waxing, cuci, blow, cat, vagina spa, mencukur/mencabut bulu kaki, mencabut atau mencukur bulu kemaluan pria (penis waxing) dan lainnya.
Di tingkat dua, khusus untuk kegiatan spa yang dilayani oleh cewek-cewek cantik usia muda. Kemudian di tingkat tiga, khusus untuk kegiatan lulur, mandi susu/rempah dan massage dengan kamar-kamar yang tertata rapi. Salon ini benar lengkap,  jenis dan  fasilitasnya.
Ketika kami datang pada suatu sore (10/2007), pengunjung sudah ramai. Kami disambut dengan ramah oleh seorang resepsionis yang cantik dan dibalur make-up yang lumayan menarik, dengan ucapan dan pertanyaan yang standar, “Selamat sore pak, selamat sore bu, ada yang bisa aku bantu? Disini tersedia berbagai macam fasilitas perawatan tubuh dari atas sampai bawah”, ujarnya seraya menatap dengan pandangan genit. Tambahnya lagi: “Bapak dan ibu boleh pilih dan mencontreng mana yang bapak dan ibu inginkan”, sambil memberikan daftar tercetak rapi dalam bahasa asing. “Apa bapak dan ibu punya member card?”. Maksudnya kalau sudah pernah datang dan sudah punya kartu anggota, maka para tamu akan mendapatkan beberapa keuntungan, seperti diskon 10 persen untuk setiap fasilitas yang kita nikmati.
Daftar yang diberikan penerima tamu itu memuat lebih dari 50 item pilihan. Setelah saya contreng enam item: gunting rambut, cuci rambut, penis waxing, lulur,  mandi susu dan full massage, saya kembalikan daftar itu pada penerima tamu.
Sedangkan teman-teman yang lain, Bambang, Eka, Chenny  dan Anca juga berbuat hal yang sama, hanya beda pelayanan, ada diantaranya gunting rambut dan  vagina spa. Ada pula yang memilih perawatan kemaluan wanita, bikini waxing dan sebagainya. Kami memang sengaja memilih item pelayanan yang bebeda-beda, guna diceritakan kembali sebagai bahan dalam penyusunan buku ini.
Meski sudah menerima daftar yang telah dicontreng, resepsionis yang bernama “Zalianty” dengan nama panggilan “Anty”, masih saja mempertanyakan, “Bapak dan ibu mau digunting dengan siapa?”, sembari memperlihatkan daftar nama petugasnya, dengan tarif yang berbeda.
Begitu pula dengan pekerjaan penis waxing, lulur, mandi susu,  full massage, bikini waxing, vagina spa dan lainnya,  saya dan teman-teman diminta pula untuk memilih pekerjanya, sembari Anty memperlihatkan foto, lalu memberi informasi usia pekerja, namanya, sampai dengan statusnya, misalnya masih sekolah, janda, lesbi, bisex dan lain sebagainya.
***
Untuk gunting rambut, saya memilih tarif yang paling murah, Rp.100 ribu, sedangkan untuk pekerjaan lainnya, saya mengambil satu paket. Artinya, untuk semua item pekerjaan itu dikerjakan oleh satu orang, yaitu oleh “Erlinda”, dengan nama panggilan “Linda”, dimana dari fotonya yang diperlihatkan Anty berikut informasinya, dia cukup cantik, berusia 17 tahun, masih bersekolah di salah satu SLTA di Jakarta. Linda  selalu masuk sore, seusai sekolah, mulai jam dua sore sampai malam.
Setelah gunting dan cat rambut selesai di lantai dasar, saya dipersilahkan naik ke lantai satu, dengan diantar oleh Anty. Di lantai satu sudah menunggu Linda, lalu mempersilahkan saya memasuki kamar yang berdinding kain putih bersih.
Lalu, setelah bulu burung  selesai digunduli, saya langsung diajak Linda ke lantai tiga, untuk pekerjan berikutnya, lulur, mandi susu dan full massage.
Tapi, ketika mau naik ke lantai tiga, saya sedikit protes, “Kenapa untuk semua pekerjan itu tidak dilakukan dalam satu kamar saja?” Linda cuma bisa menjawab, “Ini sudah ketentuan pemilik salon pak, aku tidak tahu. Mungkin kalau burungnya sudah digunduli, bapak  baru diijinkan ke atas, supaya gak bisa terbang”, tutur Linda sambil bercanda.
Dalam perjalanan menuju ke lantai atas, melalui beberapa kamar, ada yang tertutup rapat dan ada pula yang sedikit terbuka. Di kamar yang sedikit terbuka ini, terlihat seorang pelayan  pria muda usia, dan ganteng sedang melakukan perawatan vagina seorang ibu, sambil bercanda ria.
Ibu itu tahu saya memperhatikannya, dia tidak marah, malah dengan candanya, ia berkata, “Silahkan saja pak masuk, sekalian bantu-in, dia ini  belum berpengalaman”. Ada rasa malu, tetapi saya tidak kehilangan akal menjawab, “Nanti ya bu, saya ke atas dulu, kalau sudah selesai dengan Linda, ibu saya bantu-in”
Melihat saya agak terkesima saat memperhatikan ibu itu, Linda menjelaskan,  “Disini sudah biasa pak, ibu-ibu memilih pria muda yang ganteng, dan bapak-bapak memilih pelayan wanita muda, seperti bapak sekarang”, ujarnya sedikit menyindir.
Dalam melaksanakan pekerjaannya, Linda memakai celana pendek merah menyala dan kaus merah muda, yang serasi sekali dengan kulitnya yang putih bersih.  Linda memang cantik dan ramah.
Linda melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh, hanya dalam memijat, terasa Linda belum berpengalaman, berkali-kali dia menanyakan, apa pijatannya terlalu pelan atau kurang enak. Dan saya menjawab dengan seenaknya, “enak”, “cukup” dan sebagainya, agar dia tidak kecewa. Karena maksud saya datang ke salon ini bukan untuk itu, tetapi mencari informasi apakah ada anak sekolah yang bekerja disini, yang akan  dipergunakan sebagai bahan dalam penyusunan buku ini.
Selesai memijat, Linda terlihat kelelahan, ketika saya mau mandi lagi, saya berpesan kepada Linda agar memesan minuman untuk kami berdua.  Lalu, dengan telepon lokal yang tersedia di kamar itu, Linda memesan minuman dan makanan kecil seperti yang diminta.
Kamar tersebut tidak begitu luas, tapi lengkap peralatannya, ada tempat tidur ukuran nomor dua, ada kamar mandi dengan bathtub, lengkap dengan peralatan mandi, seperti handuk, sabun dan lainnya. Juga  ada dua kursi dan  satu meja untuk dua orang, dan dalam kotak yang terletak di atas meja, tersedia alat-alat seks, seperti kondom, oli pelicin, dan cream pijat.
Setelah pesanan datang, Linda bertanya, “Mau apa lagi pak?”. Saya jawab, “Mau minum dan minta kamu menemani. Berapa jam waktu yang tersedia di kamar ini?”. “Terserah bapak, sampai salon ini tutup juga boleh, bagi aku makin lama bapak makin baik, makin banyak aku dapat bonus dari sewa kamar dan pelayanan dari bos”, jawab Linda. “Apa kamu kuat?”. “Ya kuat, namanya juga cari uang, mana ada yang tidak capek, tapi apa pun aku lakukan demi sekolah aku”, ujar Linda.
Setelah selesai berpakaian, saya kembali duduk di kursi. Linda menuangkan bir ke gelas,  dan kami minum bersamanya.
Kamar ber-AC, dingin dan nyaman, diiringin musik yang romantis, membuat tamu betah duduk santai berlama-lama di kamar itu, sambil menikmati hidangan dan minuman dengan di temani gadis cantik. Begitu juga saya, betah mendengar Linda dengan ceritanya.
Linda bercerita: Aku sejak berusia 16 tahun sudah tidak perawan lagi, aku diperkosa oleh orang yang tidak aku kenal, sopir mobil omprengan. Aku dulu tinggal dengan nenek di Jawa. Baru setahun ini berada di Jakarta bersama orangtuaku.
Setelah aku merasakan susahnya keadaan ekonomi orangtuaku, aku berpikir bagaimana aku bisa sekolah tanpa membebani orangtuaku, yang hanya buruh kecil, penghasilannya pas-pasan untuk makan, bahkan kadang-kadang kurang.
Suatu hari Martha, putri tetanggaku dan teman sekolahku memberitahu aku, bahwa ia dapat kerja di salon. Lalu, sepulang dari sekolah ia mengajak aku mampir ke salon tempat ia kerja, aku setuju. Di salon ini aku diperkenalkan dengan teman-temannya, aku tertarik dengan pekerjaan itu, tetapi aku belum tahu apa yang sebenarnya mereka kerjakan.
Ketika aku datang kedua kalinya mengantar Martha, aku diperkenalkan Martha dengan pimpinan salon ini, seorang ibu yang ramah lagi cantik.  Ibu ini, mengajak aku ke ruang kerjanya, diberinya aku minum, lalu ibu itu bertanya, “Apa kamu berminat untuk bekerja di salon ini?”. Aku jawab dengan polos, “Aku tidak mempunyai pengalaman kerja di salon, seumur hidupku belum pernah aku ke salon, kecuali setelah diajak Martha”. Ibu itu bertutur lagi, “Tak apa-apa, nanti akan diberi kursus, dan kalau mau kerja, besok boleh datang”, ujar ibu itu lagi dengan ramah.
Aku tak menjawab langsung tawaran ibu itu, karena aku belum minta ijin kepada kedua orangtuaku. Tetapi sebelum aku meninggalkan ruangnya, ibu itu bertanya lagi, “Apa kamu juga sama dengan Martha?”.
Aku tak mengerti apa maksud pertanyaan ibu itu, maka aku jadi balik bertanya, “Kenapa bu?’, “Ya sama-sama  tidak perawan lagi”, ujar ibu itu. Aku tidak menjawab, lantas aku pamit pulang, sedangkan Martha masih bekerja melayani tamunya di salon ini.
Di rumah lama aku termenung sendiri, ibu dan bapakku belum pulang kerja. Aku ingat lagi pembicaraan tadi dengan ibu pimpinan salon itu.  Aku baru tahu kalau Martha juga tidak perawan. Dan menurut ibu itu, yang dibutuhkannya untuk bekerja di salon itu adalah wanita cantik, masih muda dan tidak perawan, karena itu aku juga ditawari pekerjaan di salon itu.
Lama aku berpikir, dan aku pertimbangkan pula keadaan ekonomi kedua orang tuaku. Bapakku penghasilannya tidak bisa diharapkan, tergantung berapa jumlah roti yang laku, kadang-kadang rotinya laku, kadang-kadang tidak. Sedangkan ibuku sudah terbelit hutang di tempat kerjanya, karena sudah meminjam uang untuk membayar uang masuk sekolahku.
Malam itu, selesai makan, aku dengar ibu dan bapakku sedang bercerita tentang dagangan dan pekerjaan masing-masing. Mereka berdua sedang merundingkan bagaimana caranya untuk mengatasi ekonomi keluarga yang makin hari makin susah.
Tetapi semuanya buntu, bapak tidak punya keahlian lain, kecuali dagang roti keliling. Sedangkan ibu juga demikian, bisanya cuma menjadi kuli cuci. Dan hal ini dapat aku maklumi, karena pendidikan bapak dan ibu yang rendah, cuma tamatan SMP, tidak dilanjutkan, dan beberapa tahun kemudian ibu menikah dengan bapak, yang sudah duluan bekerja sebagai pedagang roti keliling di kota ini.
Mendengar pembicaraan bapak dan ibu, aku makin bertekad tidak mau seperti bapak dan ibu, aku ingin sekolah tinggi, tapi bagaimana caranya?, keadaan sosial ekonomi kedua orangtuaku tidak mendukung.
Besok paginya di sekolah, aku diperkenalkan Martha dengan temannya, “Adriana”, dengan nama panggilan “Ana”. Ana berusia 18 tahun, duduk di bangku kelas tiga SLTA, satu sekolah dengan kami. Ana lebih dulu bekerja di salon itu dari pada Martha.  Ana-lah yang memperkenalkan Martha dengan pemilik salon itu.
Mereka berdua mengobrol denganku, mereka bercerita tentang tamu-tamu yang baik dengan tip besar. Dan siang itu aku ditraktir Ana dan Martha makan, aku juga turut senang.
Malam harinya, aku duduk bersama ibu dan bapak di ruang dalam. Aku bicara dulu kepada bapak, “Pak waktuku  banyak lowong, apa aku boleh membantu bapak bekerja di pabrik roti, seusai sekolah”. Bapakku menjawab, “Itu tak mungkin, pabriknya saja sudah hampir  bangkrut, mana bisa”.
Hal yang sama aku tanyakan pula pada ibu, untuk bisa membantu ibu nyuci. Tapi ibu menjawab sama dengan bapak, perusahan laundry tempat ibu bekerja juga sekarat.
Pada malam itu aku langgar nasihat nenek, aku ceritakan kepada kedua orangtuaku tentang musibah yang menimpaku, ketika aku datang dulu ke Jakarta bersama nenek. Aku diperkosa sopir mobil omprengan.
Kedua orangtuaku kaget, tapi aku katakan kepadanya, bahwa haidku tidak pernah datang telat. Kedua orangtuaku agak lega, walaupun ibuku menangis kecil, menyesali dirinya.
Lalu aku utarakan pula tentang keinginanku bersekolah tinggi, dengan cara sekolah sambil kerja. Ibu dan bapakku sabar mendengarnya, apalagi mereka berdua sudah lama terpisah dengan aku, mereka belum mengerti dan belum paham benar apa yang aku mau. Aku juga merasa masih agak asing dengan kedua orangtuaku, aku merasa lebih dekat dengan nenekku, karena dari kecil aku tinggal  dan dibesarkan oleh nenek.
“Bu, ijinkan aku bekerja di salon tempat Martha kerja”, tuturku. Ibu diam, bapak bertanya, “Apa saja kerjanya disitu?”. Pertanyan bapak itu aku jawab seadanya, “Ya pekerjaan salon biasalah pak”. Bapak pun diam, lantas ibu yang berkata,  “Apa menurut kamu baik, kalau baik menurut kamu, ya silahkan, ibu dengan bapakmu tidak melarang dan tidak menyuruh, terserah kamu”.  Kemudian,   bapakku juga sependapat dengan ibu, mengizinkan aku bekerja di salon, “Kamu boleh bekerja di salon itu, tapi hati-hati ya nak”, ujar bapak.
Besok harinya tanpa pikir panjang lagi, sepulang sekolah, aku dengan Martha dan Ana menuju salon ini. Hari itu, aku langsung mulai bekerja. Sebulan lamanya aku ditatar/dilatih, dari cara berpakaian, berjalan, bicara, melayani tamu, menggunting kuku, mencukur, lulur, pijat sampai kepada layanan lainnya.
Linda berhenti bercerita, meneguk minumannya, dan  lama ia terdiam, lalu dia berkata,
Sorry ya pak, aku cerita sedih, sedangkan bapak kesini untuk bersenang-senang, bukan untuk mendengar ceritaku”.
“Tak apa-apa, malah saya senang mendengar keterus-teranganmu”.
“Apa bapak mau ganti yang lain?”.
“Tidak, saya sudah cukup puas mendengar cerita kamu. Apa kamu betah bekerja disini?”
“Ya demi sekolah dan masa depanku, semua dibetah-betahin saja pak”.
 “Berapa orang anak sekolah seperti kamu yang berkerja disini?”.
“Ada sembilan orang pak, lima masih sekolah di tingkat SLTA, dan empat orang sudah mahasiswi”..
“Boleh saya ketemu dengan temanmu Martha dan Ana?”.
 “Boleh pak, kalau mereka tidak bekerja, tapi bapak dikenakan bayaran tambahan”.
“Tak apa-apa”, jawab saya.
Linda segera memanggil temannya, dan tak berapa lama Martha dan Ana datang, kebetulan mereka lagi tidak kerja. Martha cukup manis, kulitnya sawo matang. Sedangkan Ana, juga demikian lumayan cantik, tapi diantara ketiganya, Linda lebih cantik.
Lama kami ngobrol berempat di kamar itu, Martha dan Ana duduk di tempat tidur, sedangkan saya dengan Linda duduk di kursi. Saya tawarkan untuk pesan minuman lagi, ketiganya serempak memesan minuman beralkohol tinggi.
“Apa kalian sudah terbiasa minum minuman beralkohol?”.
“Mencandu belum pak, hanya sekadar iseng menemani tamu minum”, jawab Ana.
“Apa di kamar ini bisa ML (making love)?”.
“Bisalah pak”, jawab Martha.
“Kami bertiga siap melayani bapak”, tambah Linda.
***
Saya selesai duluan, disusul Bambang, Chenny, Eka, terakhir  Anca. Dan masing-masing keluar dengan muka yang berseri-seri, berikut dengan ceritanya yang lucu-lucu.
Bambang misalnya, yang dilayani oleh Siti, seorang siswi salah satu SLTA di Jakarta Utara, cantik, berusia 18 tahun. “Wah gawat pak, ketika aku mandi susu,  Siti juga ikut nyemplung kedalam bathtub, ya kami mandi berdua deh, saling gosok, saling pegang, ya begitu deh, enak …!”, ujar Bambang.
Chenny teman wanita yang berusia kepala empat dan manajer salah satu perusahaan ternama di Jakarta, lain lagi ceritanya. Ia dilayani oleh pria muda, tercatat sebagai mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jakarta, ketika perawatan kemaluannya, “Wah asik juga tu anak muda, dia benar-benar telaten merawat kemaluan aku, sampai aku mencapai klimaks”, ujarnya agak malu-malu.
Eka yang  dilayani Niarsi ketika SPA, gadis cantik, yang tercatat sebagai salah seorang mahasiswi pada salah satu universitas swasta di Jakarta, berkata,  “Aku tak tahan, jadi aku deh yang gantian melayaninya. Cewek itu memang asik, sepertinya ia mempraktekan adegan porno satu kaset yang  baru ditontonnya kepada aku, jadinya aku lemas ”, tutur Eka.
Anca, teman wanita yang  juga sudah berusia kepala empat, hampir sama dengan Chenny, hanya beda setahun, mulanya agak enggan bercerita, tetapi setelah didesak berkali-kali oleh teman-teman, baru dia buka mulut,  “Tidak aku sangka Tina yang memijat aku tadi seorang lesbi tulen. Habis deh badanku digerayangi. Tapi aku biarkan saja, enak sih, tahu-tahu aku orgasme juga”, ujar Anca. Lalu segera  menambahkan, “Tina lesbi benaran, seorang mahasiswi salah satu Akedemi di Jakarta, berusia 21 tahun”.    
Dari cerita-cerita cewek gaul sekolahan/kuliahan yang bekerja di salon ini,  ternyata orangtua mereka belum tahu apa yang dikerjakan putrinya di salon tersebut.  Mereka semua orang-orang susah, mempunyai tekad untuk maju, tapi keadaan ekonomi orangtuanya tak mendukung, maka demi masa depannya apa pun mereka kerjakan.
Memang sulit berkata lain, kalau kesulitan ekonomi sudah bicara lantang kepada orangtua golongan ekonomi bawah, yang minim pendidikan dan minim pengetahuan. Mereka menjadi tak berdaya dalam mencukupi kebutuhan anak-anaknya, sehingga anak-anak yang ingin maju, harus mencari jalan sendiri pada saat usianya yang terlalu muda, tanpa melalui pertimbangan yang matang, apa saja mereka lakukan,  demi uang.
Uang itu bukan untuk berfoya-foya, tetapi untuk memenuhi kebutuhannya, kebutuhan sekolahnya dan kebutuhan orangtuanya, yang sepantasnya belum menjadi beban mereka.  SELANJUTNYA DAPAT DIBACA DALAM BUKU CEWEK-CEWEK GAUL SEKOLAHAN, YANG BISA DIDAPAT DI TOKO-TOKO GUNUNG AGUNG....










Tidak ada komentar:

Posting Komentar