Rabu, 19 Oktober 2011

WANITA-WANITA SELINGKUH



BRONDONG 
DIJADIKAN SELINGKUHAN

Dalam bahasa gaul,  kata  “brondong,” artinya jagung muda alias pop corn, mengalami perubahan makna.  Dalam istilah seksual, “brondong” dipakai sebagai sebutan pengganti ABG untuk pria muda berusia sekitar 16-20 tahun. Tapi, bagi pria berusia antara 20–30 tahun, juga masih dianggap brondong.
Pada awal 70-an, ketika saya menemani seorang teman mengadakan penelitian di lapangan tentang homoseksual untuk penyusunan tesisnya mendapatkan gelar Doktor di bidang psikologi di Jakarta,  kata “brondong” atau “jagung muda” (sebutan bagi pria muda), sudah mulai beredar di kalangan waria. Mereka mengkiaskan “tongkol jagung” untuk alat kelamin pria. Sedangkan “rasa gurih” jagung muda, diibaratkan kenikmatan yang akan diperoleh dari pria muda.
Sedangkan istilah umum yang berkembang di masyarakat ketika itu, adalah “daun muda,” sebutan ditujukan pada pria atau wanita berusia  muda. Istilah ini, biasanya ditujukan pada mereka yang dijadikan sebagai pacar gelap, istri muda atau istri simpanan, bahkan untuk wanita muda sebagai pemuas nafsu.
Sekarang, istilah daun muda mulai menghilang,  digantikan dengan kata “brondong” untuk pria, dan ABG untuk wanita. Hal ini adalah wajar dalam bahasa gaul, yang sifatnya sementara. Nanti, kalau ada “kata pengganti lain,” maka kata yang mulanya lagi trend, menjadi surut lalu  akan hilang sendiri dari peredaran, seperti dialami oleh kata “daun muda.”
Ada suatu “mitos” yang beredar di kalangan masyarakat dari zaman dulu sampai sekarang mengenai brondong. Mitos ini, belum pernah dibuktikan kebenarannya, bahwaApabila seorang wanita setengah tua, berhubungan seks dengan pria muda, dia akan menjadi awet muda.”  
Bahkan, ada mitos lebih ekstrim lagi, yang mengatakan, “Bila seorang wanita setengah tua, berhubungan seks dengan pejaka dan sempat menelan air mani pertama perjaka tersebut, dia akan lebih awet muda, kembali seperti usia pejaka tersebut. Sebaliknya, si pejaka akan kelihatan lebih tua, seperti usia wanita pertama yang mengajaknya berhubungan intim.”
Benar atau tidak mitos-mitos tersebut, memang tak perlu dipersoalkan. Tapi, yang jelas dari dulu sampai sekarang, percaya atau tidak percaya, ternyata banyak wanita setengah tua berusaha menikah dan berhubungan seks dengan pria muda, yang jauh lebih kecil usianya,  seusia anak atau cucunya.
Hal ini didukung oleh pendapat Sigmund Freud, ahli Psycho Sexual. Dalam teorinya yang memaparkan soal Oedipus Complex untuk pria yang menyukai wanita yang lebih tua. Sedangkan wanita muda yang menyukai tipe pria tua dikenal sebagai Electra Complex,  merupakan salah satu teori dari Carl Jung yang turut melengkapi teorinya Freud tadi.
Jadi, kita tidak perlu kaget dan bertanya, bila ada  keintiman antara wanita setengah tua dengan pria muda. Sebaliknya, antara wanita muda dengan pria tua. Seperti halnya dengan keintiman hubungan beberapa bintang top dunia atau selebriti di atas usia 40-an dengan kekasihnya yang muda belia.
Madonna (50 tahun), misalnya,  yang baru bercerai dari suaminya (2009), tampak membina kedekatan dengan model Brazil Jesus Luz yang masih berusia 22 tahun. Madona tidak bisa membantah kedekatannya itu, karena telah  banyak beredar foto bugilnya bersama pria tersebut di internet.
Madonna pertama kali berkenalan dengan Luz di penghujung tahun lalu. Pertemuan itu berlanjut serius saat Madonna meminta model itu menemaninya dalam konser di Amerika Selatan, Sticky & Sweet Tour.
Pertanyaan banyak muncul sampai kini, berapa lama Luz dapat mempertahankan hubungannya dengan Madonna? Hanya yang jelas, sejak memiliki kedekatan dengan wanita yang usianya 4 tahun lebih tua dari usia ibunya, Luz mengalami kegemilangan karir di dunia model.
Sama halnya dengan artis terkenal Demi Moore, yang membangun rumahtangganya  dengan Ashton Kutcher yang berselisih usia 16 tahun lebih muda, yang selalu dijadikan ikon sukses bersuami brondong. Meski perempuan berusia 47 tahun itu tak tahu mengapa ia yang dijadikan contoh sukses, karena Demi Moore bukan orang pertama yang menjalin hubungan dengan pria lebih muda, tapi dialah yang dinobatkan sebagai ikon.
Begitu pula dengan milyarder Amerika Serikat,  Donald Trump, yang menjalin hubungan dengan wanita muda,  akhirnya menikah dengan Melania Knauss yang 24 tahun lebih muda darinya.
***
Tidak hanya di Amerika Serikat, di negara-negara lain di dunia, banyak wanita  setengah tua  yang memilih menikah, berhubungan seks, dan berselingkuh dengan anak-anak muda. Bahkan di Indonesia, banyak pula artis setengah tua,  yang sudah punya anak atau cucu, memilih menikah, berselingkuh atau berhubungan seks  dengan pria yang lebih muda.
Tidak hanya di kalangan artis, kini pria muda usia atau  brondong lagi ngetrend di kalangan wanita setengah tua. Apakah karena kuatnya pengaruh mitos bahwa wanita tua atau setengah tua tersebut kalau “banyak makan brondong akan tetap awet muda?” Hal itu belum dapat dibuktikan secara nyata. Tapi yang jelas, memang terlihat banyak wanita setengah tua yang mengejar pria usia muda, baik yang profesional (gigolo) atau masih amatiran seperti brondong. Walau untuk itu, sang wanita perlu mengeluarkan uang cukup banyak untuk mendapatkannya.
Seperti halnya Lusiana atau dipanggil dengan tante Lusi (49 tahun). Seorang ibu dan  pengusaha,  yang mempunyai seorang putra dan seorang putri. Masih cantik, dan terikat dalam satu perkawinan dengan suaminya sebagai karyawan top  di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.  Dari ceritanya, tante Lusi mempunyai pengalaman yang cukup banyak dengan pria muda.
Teman saya Martha sempat bertemu dengan Lusiana di kafe Banksia (02/2009) di sebuah hotel berbintang lima di kawasan Jakarta Pusat. Lusiana yang sudah lama kenal dengan Martha, tak ragu-ragu mengungkapkan pengalamannya,  ketika berhubungan dengan gigolo dan brondong.
Menurut tante ini,  antara gigolo dan brondong mempunyai rasa yang berbeda. Kalau hanya untuk pemuas nafsu birahi, tidaklah susah, karena sekarang sudah banyak pelacur pria (gigolo). Asal ada uang, gigolo  itu gampang diperoleh, melalui kafe-kafe khusus yang tumbuh menjamur di kota Jakarta atau melalui iklan-iklan di internet. Tapi, mencari brondong amatiran, ini memerlukan seni tersendiri dalam perburuannya. Kalau dapat, ya seperti pemburu dapat buruannya,  senang dan bahagia.
“Apa bedanya antara gigolo dengan brondong amatiran?” tanya Martha.
Tante itu menjawab, “Ya bedalah.” Kalau berhubungan seks dengan   gigolo, mereka berpengalaman, sudah profesional.  Kalau hanya sekedar untuk kepuasan seks dan nafsu birahi  saja, ya sudah cukup. Tapi, karena dia terbiasa melayani banyak wanita,  jadi seperti kaum pria berhubungan dengan pelacur wanita, setiap hari melayani banyak tamu. Si pelacur  mulai jenuh,  terasa kurang gregetan dan tak  segar lagi.  Bahkan, sering mengundang rasa waswas, terutama dalam hal penyakit kelamin.
"Lain halnya dengan brondong amatiran", ujar Lusi,  yang serba segar, masih imut-imut, polos, bersahaja dan merasa tak berdosa. Gambaran masa depannya yang gemilang, optimis, sukses, terkesan rapi, sopan tapi tetap “memberontak.” Angkuh tapi mengundang, cuek dan oleh karenanya justru menggoda.
Dalam berjuang mendapatkannya saja, sudah menyenangkan. Apalagi setelah dapat, lalu berlanjut ke tempat tidur, lebih menyenangkan lagi, serasa muda kembali. Mengenai  rasa waswas atas  kemungkinan mereka mengidap penyakit kelamin, tidak ada. Karena itu, berhubungan seks  dengan brondong yang belum mempunyai pengalaman  tersebut makin menyenangkan, dan kadang-kadang rasanya lucu, karena harus mengajarinya, tutur Lusi.
Tante Lusi juga mengungkapkan, banyak wanita setengah tua yang masih bersuami atau sudah janda,  menjalin hubungan lebih serius dan intens dengan brondong. Dalam arti, satu sama lain saling percaya, persis seperti berhubungan dengan pacar. Mereka ini, sering pula disebut sebagai “pacar gelap” bagi wanita tersebut.
Pacar gelap janda-janda tersebut, sejalan dengan perkembangan hubungannya, bisa berubah menjadi “pacar terang,” setelah diketahui oleh anak-anak dan keluarganya. Bahkan, kemudian dapat meningkat menjadi suatu perkawinan  yang mengkhawatirkan di kalangan anak-anak dan saudara-saudara wanita itu. Sebab, dikhawatirkan kalau perkawinan itu hanya dijadikan alat oleh si brondong untuk memoroti dan menguasai harta kekayaan wanita itu.
Untuk melaksanakan perkawinan, banyak wanita setengah tua, beserta anak-anak dan saudaranya menempuh jalan yang super hati-hati. Misalnya, seperti pengalaman seorang janda kaya, Renny (50 tahun) yang baru melangsungkan perkawinannya dengan pria muda, Andrea (29 tahun), yang ditemui Martha di kafe Cockcomb, di hotel berbintang lima di kawasan Jakarta Selatan (11/2009).
Renny tanpa malu-malu dan penuh rasa bangga, mengungkapkan tentang perkawinanya kepada Martha: Tidak ada masalah dengan perkawinanku. Memang semula ada kekhawatiran dari anak-anak, cucu-cucu dan saudaraku tentang perkawinanku, kalau hanya dijadikan oleh suamiku sebagai alat untuk memoroti dan mengeruk harta kekayaanku. Tetapi, kekhawatiran itu dapat diatasi dengan cara mengadakan inventarisi kekayaanku oleh akuntan publik, ujar Renny.
Renny melanjutkan ceritanya: Sebelum melangsungkan perkawinanku, aku menghitung seluruh kekayaanku yang ada. Setelah itu, dengan calonku datang ke kantor notaris, membuat akta perjanjian, yang isinya antara lain,  hartaku sejumlah yang telah diinventaris itu, tidak bisa diganggu gugat oleh suamiku. Kalau ada kenaikan jumlah selama perkawinan, maka kenaikan jumlah itulah yang kemudian dijadikan sebagai harta gono-gini.
“Kekhawatiran dalam soal harta itu adalah wajar di kalangan anak-anak dan saudara-saudara dari janda-janda kaya yang memilih kawin lagi. Apalagi kawin dengan anak muda, tapi kita harus pintar-pintar mencari solusi, supaya hubungan perkawinan itu tidak seperti duri dalam daging, baik pada diri kita sendiri atau anak-cucu dan saudara-saudara,” tutur Renny.
***
 Brondong sering dijadikan sarana berselingkuh oleh wanita-wanita yang bersuami. Pada umumnya, berselingkuh dengan brondong,  mempunyai resiko keuangan. Sebab, brondong berusia muda demikian, belum mempunyai pekerjaan.
Walau pun ada yang mengatakan, tidak selalu mempunyai resiko materi.  Tetapi unsur uang, meski tidak besar, tetap saja berperan penting. Sebab, umumnya si brondong  belum mempunyai pekerjaan, perlu  ditunjang dengan uang untuk segala keperluan hidupnya, terutama dalam penampilan. Karena itu, tidak semua wanita bisa berselingkuh atau berpacaran secara gelap dengan brondong. Sebab, banyak pula wanita yang memiliki keterbatasan uang untuk hal tersebut.
Wanita yang berhubungan dengan brondong,  pada mulanya hubungannya bersifat rahasia. Tetapi, lama-kelamaan jadi “rahasia umum.” Walaupun tidak boleh ketahuan, akhirnya diketahui juga oleh semua orang. Mulanya hanya teman dekat, lalu tanpa disadari, hubungannya dengan brondong itu sudah menyebar ke seluruh penjuru lingkungan hidupnya dan masyarakat.
Marisa, wanita setengah tua yang  masih kelihatan  cantik di usianya 47 tahun, ketika ditanya oleh Martha, mana yang lebih baik berhubungan dengan pria brondong atau pria seusianya?
Marisa menjawab: Aku pernah berselingkuh dengan keduanya, dan aku sudah merasakan senang dan pahit getirnya.   Pria usia 20-an itu “napsuan,” belum berpengalaman, belum tahu apa yang aku inginkan,  dan masih labil mentalnya. Beda banget dengan pria 40-an yang lebih matang dan tahu apa yang aku inginkan.
Kalau pria 20-an, berhubungan seks  dengan wanita lebih matang (40-an) seperti aku ini, aku jadi merasa “capek deh.” Sebab, aku harus mengajari lagi, mengayomi dia. Maunya sih mencari kepuasan di luar suami. Sebaliknya, yang terjadi malah menjadi beban segalanya. Beban keuangan, beban pikiran dan beban lainnya.
Karena itu, aku pikir lebih baik dengan pria berusia 40-an, yang biasanya sudah matang dari segi mental dan keuangan. Jadi, aku tidak memikirkan lagi masalah uang. Dalam masalah berhubungan di tempat tidur, aku lebih enjoy, aman dan sama-sama berpengalaman. Persoalannya, kebanyakan pria 40-an itu sudah menikah. Jadi, aku perlu super waspada menghadapi istrinya dan suamiku sendiri,  tutur Marisa.
Tidak semua kehidupan kaum brondong di Indonesia bernuansa negatif. Sebab, ada juga yang berakhir happy ending sampai akhir hayatnya.  Seperti dialami oleh bintang film top di Indonesia, almarhumah Suzanna, sampai akhir hayatnya tetap bersama suaminya Cliff Sangra yang berbeda usia 20 tahun lebih.
Paulina, wanita berusia 49 tahun, yang berselingkuh dan berpacaran dengan brondong hampir selama lima tahun, ketika ditanya  Martha, “Apa artinya bagi Anda berhubungan dengan brondong?”  Paulina menjawab, “Brondong seperti suplemenlah. Dalam hidup ini, kita butuh berbagai macam suplemen sebagai selingan, ya brondong itulah salah satunya.” 
“Apa tidak merepotkan?” tanya Martha. “Tidak juga, itu tergantung pada  kita saja. Dia tidak pernah macam-macam kok, biasa-biasa saja. Kalau perlu keluar biaya ekstra sedikit, ya itukan sudah wajar, karena mereka belum bekerja. Hitung-hitung bantu merekalah, dan mereka juga bantu kita” ujar Paulina.
***
Dalam hal selingkuh,  tidak memandang usia dan derajat. Seorang guru yang seharusnya memberikan pelajaran dan contoh yang baik pada muridnya, tapi muridnya merasa dikerjain.
Teman saya Anita, berhasil mewawancarai seorang brondong, Stephane dengan panggilan “Step,” siswa kelas satu SLTA swasta di Jakarta Timur, seusai sekolah, di kantin sekolahnya (01/10).
Step yang  ganteng itu, bonsor dan baru memasuki usia 16 tahun. Kulitnya putih, hidung mancung, tubuh tinggi dan atletis,  mengaku  bahwa sebulan lalu dikerjain oleh bu guru bahasa Inggrisnya. Ibu gurunya itu,  cukup cantik, berusia 42 tahun, sudah punya anak tiga orang. Satu  kuliah di Bandung, satu sekolah di SLTA di kampung bersama neneknya dan satu lagi tinggal bersama bu guru itu, di Jakarta dan bersekolah kelas dua SD. 
Step bercerita:  Malam itu aku dari pukul 19 sampai 21 adalah jadwal les bahasa Inggris  bersama  tujuh temanku dengan bu guru, di rumah bu guru di kawasan Jakarta Timur.
Pukul 6.45 aku telah sampai di rumah bu guru, meski di perjalanan aku  sempat kehujanan. Pakaianku basah kuyup sesampai di rumah bu guru. Tapi, bu guru dengan baik hati mempersilahkanku mandi dan mengganti pakaianku dengan pakaian putranya, yang tersimpan rapi  dalam lemari.
Selesai aku mandi dan berganti pakaian, hujan belum juga berhenti, teman-temanku juga tak ada yang datang. Tak lama kemudian lampu mati, aku bantu bu guru menyalakan lilin.
Suami bu guru tidak ada di rumah. Menurut bu guru, suaminya sedang tugas ke luar kota beberapa minggu. Dan di rumah itu hanya ada bu guru dan putrinya, Anny berusia 7 tahun.
Bu guru menawarkan aku makan, tapi tawaran itu aku tolak, dengan alasan masih kenyang. Ketika bu guru menawarkan teh manis panas, aku senang sekali. Sebab, aku memang kedinginan, mungkin dengan meminum teh  panas, bisa sedikit memanaskan badanku.
Sudah pukul 23 malam, hujan deras belum juga berhenti. Aku menjadi gelisah. Aku takut tidak ada lagi angkutan kota (angkot)  untuk pulang ke rumahku. Ibuku menelepon ke HP-ku menanyakan di mana posisiku. Aku jawab, bahwa diriku masih di rumah bu guru. Nanti kalau hujan reda, aku akan segera pulang. ”Apa kamu perlu dijemput,” tanya ayahku. Aku jawab “Tidak usah, nanti kalau hujan reda aku pulang sendiri.”
Malam sudah larut, hujan masih turun dengan derasnya. Dan lampu juga belum menyala. Sedangkan putri bu guru sudah lama tertidur pulas. Melihat situasi itu, bu guru berkata kepadaku, “Udahlah Step, kamu nginap di sini saja sekalian temani ibu. Aku jawab, “Baik bu, tapi aku telepon ibuku dulu."
Setelah aku telepon, ibuku tidak berkeberatan aku menginap di rumah bu guruku, dengan pesan besok pagi cepat pulang, karena paginya aku harus ke sekolah.
Bu guru sudah mengganti bajunya dengan pakaian tidurnya, lalu mengantar aku ke kamar putranya yang kosong. Aku dipersilahkan tidur di kamar itu. Di bawah cahaya lilin yang remang-remang, aku sempat juga melihat paras bu guruku dengan pakaiannya sedikit terbuka.  Buah dadanya sedikit menonjol, begitu cantik dan sexy, meski sudah berusia kepala empat. Bau farfumnya tidak terlalu keras, harum,  lembut,  sedikit membangkitkan pikiran kotorku, seperti dalam film porno yang pernah aku tonton.
Aku tak bisa tidur pulas, sering terbangun, terganggu dengan kilat dan petir yang setiap saat muncul, menghiasi hujan yang semakin deras. Putri bu guru yang tidur sendirian di kamarnya, di sebelah kamarku pun terbangun. Ketakutan dengan bunyi petir yang sambung menyambung, ia menangis. Aku belum mendengar suara bu guru mendiamkan putrinya. Aku pikir dari pada putri bu guru menangis terus karena ketakutan,  apa salahnya aku bantu mendiamkannya.
Aku dekati putri bu guru itu, aku bujuk dia supaya tidak menangis dan ketakutan. Selagi aku berada di kamar Anny, bu guru masuk dan menanyakan kepadaku, “Ada apa Step.” Aku jawab, “Dek Anny menangis dan ketakutan bu, karena itu aku mencoba mendiamkannya.”
Mendengar jawabanku itu, bu guru berbalik keluar, lalu membuka kulkas, mengambil air minum, kemudian meminumkan kepada putrinya. Dengan naluri seorang ibu, bu guru berhasil  membujuk dan menghibur putrinya. Anny pun tidur kembali. Aku menyaksikan bu guru dengan putrinya, sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur Anny, di bawah cahaya lilin yang remang-remang. Aku kagum dengan cara bu guru membujuk dan mendiamkan putrinya, dengan  penuh kasih sayang.
Setelah putrinya tertidur kembali, bu guru mengajak aku keluar dan duduk di sofa, lalu bu guru  menanyakan, “Apa di kamarmu ada selimut?” Aku jawab “Ada bu.” Terus bu guru menanyakan, “Apa kamu kedinginan,” sambil ia memijat-memijat tubuhku dengan lemah lembut. Meski sudah aku jawab, “Tidak bu,” tapi tangan bu guru tetap saja memijit-mijit badanku.
Aku merasa ada suatu kenikmatan muncul, yang memancing nulari kelaki-lakianku. Hal itu berlanjut, setelah bu guru membuatkan teh panas manis untukku. Kami kemudian duduk di sofa berdua, sambil menjaga Anny yang lagi tidur nyenyak, dari keterbangunannya kembali. Sebab, malam itu bunyi petir dan hujan deras juga belum berhenti.
Aku menjadi nafsu dengan pijitan bu guru, dan makin lebih bernafsu bila aku tersenggol payudara bu guru yang sedikit besar, dengan kulitnya yang putih. Masih terlihat olehku,  walau di bawah cahaya lilin yang remang-remang.
Bu guru tidak banyak memberikan reaksi, kecuali memijat-mijat aku, dan sekali-sekali tangannya tanpa sengaja menyenggol kemaluanku. Aku jadi memuncak. Aku pegang buah dada bu guru, dia membiarkan. Aku peluk dan cium dia, ibu guru pun tidak banyak memberikan reaksi. Aku rapatkan tubuhku kepada bu guru, aku menjadi keenakan, menjadi hangat. Alat vitalku yang dari tadi bangun, kepentok dengan tubuh bu guru yang lembut. Aku menjadi tak tahan lagi.
Ketika tangan bu guru, sampai memegang pisak celanaku, bu guru bertanya, “Kenapa kamu?” Dengan malu-malu aku jawab, “Aku tak tahan lagi, aku ngecor sendiri.” Bu guru hanya sedikit senyum, lalu pergi ke kamar putrinya yang lagi terbangun oleh bunyi petir yang menggelegar. Aku tinggal bengong sendiri di sofa sampai pagi, mengingat indahnya kejadian tadi........................
Selanjutnya dapat dibaca di Buku Wanita-Wanita Selingkuh, yang dapat diperoleh di Toko Buku Gunung Agung........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar